PART 15

91 2 0
                                    


Malam harinya

Setelah pemuda itu pulang dari bandara untuk mengantarkan orang tuanya, dia kembali ke rumah.

Saat ini dia tengah duduk di sofa yang terletak tidak jauh dari tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Pemuda itu sedang menstalk akun Instagram milik gadis yang sudah mencuri perhatiannya, siapa lagi kalau bukan Airin.

Di akun milik Airin tidak ada satupun foto dirinya, yang ia temukan hanyalah sebuah foto yang bertuliskan kata-kata motivasi dan foto lainnya. Sampai akhirnya pemuda itu kesal karena tidak menemukan satupun foto gadis itu.

"Kok enggak ada satupun foto Airin sih? malah foto kek ginian," ucapnya kesal.

Karena merasa lelah akhirnya pemuda itu memutuskan untuk merebahkan dirinya, tapi tiba-tiba ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk. Di lihatnya sang penelfon adalah sahabatnya yang bernama Frans.

📞
"Hmm?" pemuda itu hanya berdehem.

"Woi lo kemana aja kita nungguin lo tadi di rumah Putra. Nape gak dateng sih?" ucap Frans di sebrang telfon dengan nada kesal.

"Gue lagi nganter bokap sama nyokap gue ke bandara bego," ucapnya.

"Lo mah gak ngasih tau ke kita-kita ... udah habis kesabaran nih nungguin lo," oceh Frans.

"Bacot lo! udah gue mau istirahat." ucapnya langsung mematikan sambungan telefon tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya.

Pemuda itu tertawa kala mengingat wajah kesal milik sahabatnya, mungkin Frans sekarang sudah mengeluarkan sumpah serapah terhadapnya.

Sementara di rumah milik tuan Jason, terlihat gadis cantik yang baru saja selesai makan malam dan langsung mencuci piring-piring kotor.

Airin sudah terbiasa dengan perlakuan orang tuanya dan juga saudaranya, Airin ketika makan malam hanya sendiri tidak pernah dengan kedua orang tuanya dan juga adiknya.

Jangankan pengen makan malam bersama keluarga, baru manggil nama orang tuanya aja sudah di bentak habis-habisan bahkan sering mendapat tamparan dari sang ayah.

Airin berpikir entah dosa apa yang sudah ia perbuag sampai-sampai orang tuanya sebenci itu pada anaknya sendiri.

Selesai dengan kegiatannya di dapur Airin berjalan menuju tangga, tapi belum sempat ia naik Airin sempat mendengar pembicaraan orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga dan Airin pun mendengar jika Aurel menyebut nama Rafael.

Sedangkan Aurel yang melihat Airin menguping langsung menegurnya, Aurel langsung melancarkan aksinya untuk membuat Airin mati cemburu karena sebentar lagi Rafael akan menjadi miliknya.

"Ngapain lo disitu?" tanya Aurel sedikit meninggikan suaranya.

Tuan Jason dan istrinya pun langsung melihat ke arah Airin yang sedang berdiri di dekat tangga.

Mereka memasang wajah tidak suka saat menatap Airin, yang di tatap langsung menundukkan kepalanya takut kala melihat tatapan tajam dari sang ayah, yang sudah mirip macan yang akan menerkam mangsanya.

"Em-- a-anu," ucap Airin gugup.

"Kebetulan banget lo ada disini, ada hal penting yang mau gue kasih tau sama lo. Jadi, sebentar lagi gue sama Rafael bakal tunangan dan Ayah sama Ibu juga sudah merestui hubungan kami," ucap Aurel dengan tersenyum remeh di hadapan Airin.

Deg!

Seketika Airin langsung menatap Aurel, Airin kaget dan juga dia merasakan sesak saat mendengar ucapan sang adik kalau sebentar lagi Rafael dan Aurel akan bertunangan.

Bagaimana bisa Rafael sama Aurel bertunangan sedangkan Rafael adalah pacarnya, Airin berpikir kalau adiknya sudah gila.

"Lo ngomong apa barusan?" tanya Airin memastikan.

"Dengerin baik-baik ya Airin sayanggue sama Rafael sebentar lagi bakal tunangan,"ucapnya dengan tersenyum.

Airin langsung menggeleng kepalanya sambil menatap Aurel dengan tatapan tak percaya.

"Itu nggak mungkin Aurel, lo tau kan Rafael pacar gue? tapi seenaknya lo bilang kalau dia bakal jadi tunangan lo, itu gak akan pernah terjadi Aurel." ucap Airin dengan suara bergetar.

Aurel yang melihat Airin yang tampak akan menangis hanya tersenyum remeh.

"Apa yang nggak mungkin Airin? semua sudah di atur sama Papa dan Mama, gue tinggal tunggu hari pertunangan itu," ucap Aurel tersenyum.

"Dan perlu kamu ingat kamu gak usah deketin Rafael lagi karna lo tau sendiri kan sekarang Rafael udah benci sama lo dan gak mau ketemu sama lo lagi Airin. Satu lagi, lo secepatnya harus putusin dia atau lo mau nunggu dia yang mutusin lo, gimana?" tanya Aurel dengan senyum liciknya.

Airin mengepalkan tangannya karena geram dengan perilaku adiknya yang sudah sangat keterlaluan dan bahkan tega akan merebut pacarnya sendiri.

"Gue gak akan pernah mutusin Rafael, gak akan pernah Aurel!" ucap Airin dengan suara meninggi.

"AIRIN!" sentak tuan Jason.

"Lancang sekali kamu berbicara seperti itu pada putriku, kamu memang anak gak punya sopan santun," ucap tuan Jason murka dan membela Aurel yang sudah jelas-jelas salah.

"Apa kata Ayah? Airin gak punya sopan santun? yah benar Airin gak punya sopan santun karena Airin  dari kecil sampai Airin besar gak di ajarkan dengan sopan santun oleh orang tua Airin, bahkan orang tua Airin tidak pernah menganggap Airin sebagai putrinya." ucap Airin dengan isak tangisnya.

Plak!

Satu tamparan keras kembali menghantam pipi mulus Airin, tante Kinar lah yang menampar Airin karena sudah kesal. Aurel yang melihat pertengkaran itu hanya tertawa puas dalam hati karena Airin di marah dan di pukul habis-habisan oleh ayah dan ibunya.

"Jaga ucapan kamu Airin!" sentak tante Kinar tidak terima apa yang di ucapkan Airin.

"Apa yang harus Airin jaga, Bu? semua benar kan? Airin gak pernah di ajarin sopan santun sama kalian. Kalian bahkan tidak pernah menganggap Airin putri kalian sendiri, bahkan Ayah dan Ibu hanya sayang pada Aurel tapi sama Airin gak sama sekali," jelas Airin panjang lebar sambil sesekali menyeka air matanya.

"Pergi kamu dari hadapan kami sekarang Airin sebelum saya menyeretmu dengan kasar, beruntunglah kamu belum saya usir dari rumah ini jadi jaga sikapmu pada keluarga saya," ucap tuan Jason dengan raut wajah datarnya.

"Dan ingat jangan pernah berhubungan lagi dengan pria itu, karena sebentar lagi mereka akan bertunangan dan pertunangan itu akan di adakan secepatnya." peringat tuan Jason pada Airin.

Lalu Airin melangkah pergi meninggalkan ruang keluarga tersebut dengan perasaan kecewa, sakit, marah, benci sudah bercampur jadi satu. Airin sudah tidak sanggup lagi dengan apa yang ia terima sekarang, ini bagaikan mimpi bagi Airin.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang