PART 2

117 1 0
                                    

Bunyi bel pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa dan siswi berhamburan keluar dari dalam kelas berjalan menuju ke parkiran. Ada yang sudah pulang dengan kendaraan masing-masing dan ada juga yang pulang sambil di jemput oleh orang tuanya.

Sementara Airin saat ini sudah menunggu angkot untuk pulang ke rumahnya, tak lama tiga sahabatnya berjalan menghampiri Airin.

"Airin!" teriak mereka.

Airin yang mendengar orang yang memanggil namanya langsung menolah dan memdapati ketiga temannya berjalan ke arahnya.

"Lo ngapain berdiri disini sendiri?" tanya Anantha.

"Lagi nunggu angkot Tha," ucap Airin.

"Loh bukannya tadi bokap lo udah dateng?" tanya Adelia bingung.

"Iya, tadi kita liat bokap lo dateng." lanjut Amel.

"Kalian lupa ya, kalo bokap gue datang bukan untuk jemput gue tapi si Aurel," ucap Airin tersenyum.

"Eh buset, gue lupa. Tapi gue gak habis pikir deh sama bokap lo kok bisa pilih kasih banget deh," ucap Adelia kesal.

"Bener tuh, lagian lo juga kan anaknya bukan si Aurel doang," ucap Amel.

"Udahlah biarin aja," ucap Airin tersenyum.

"Gue juga kesel lama-lama sama bokap lo, Rin. Tega banget sama anak sendiri," ucap Anantha.

"Yaudah lo nebeng di mobil gue aja ya? Adel sama Amel juga ikut kok," ajak Anantha menarik tangan Airin.

"Enggak usah, Tha. Gue nunggu angkot aja. Kalian duluan aja  gue gak apa-apa kok disini." tolak halus Airin.

"Beneran lo gak apa-apa?" tanya Anatha kembali.

"Iya bener. Udah sana kalian duluan aja keburu sore, nanti juga angkot yang gue tunggu dateng kok." ucap Airin.

Anantha hanya mengangguk menanggapi ucapan sahabatnya ini, sebenernya dia tidak tega meninggalkan Airin sendiri. Lalu ketiga sahabatnya  pergi menuju ke mobil Anantha.

Setengah jam Airin berdiri menunggu angkot, tapi satu pun tidak ada angkot yang lewat. Sementara langit sudah mendung menandakan sebentar lagi akan hujan. Airin memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke rumahnya.

Rafael? Entah kemana perginya.

Saat sedang berjalan Airin di kagetkan dengan suara dentuman motor yang berhenti tepat di sampingnya, dia melihat seorang cowok dengan motor besar dan pakaian sekolah tetapi wajahnya tertutup oleh helm yang ia pakai.

Rintik  hujan mulai membasahi jalanan. Airin berniat ingin langsung pergi dari sana tetapi lengannya sudah di cekal oleh cowok itu. Airin menoleh dan menatapnya tapi tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Airin memberontak melepaskan tangannya tetapi tenaganya tidak sekuat cowok  itu.

"Ikut gue pulang," titahnya.

"Eh maaf, gue gak bisa ikut sama lo. Gue harus pulang sendiri," tolak Airin sopan.

"Lo mau disini sampe pagi? lo gak liat ini udah mau hujan?" tanyanya. "Rumah gue deket sini kok, lo duluan aja." tolak Airin lagi.

Dengan sekuat tenaganya Airin berhasil melepaskan tangannya dari tangan cowok itu, lalu berjalan sambil berlari sedikit meninggalkan pemuda tersebut.

Sedangkan yang di tolak menggeram kesal karena di tolak mentah-mentah oleh Airin, lalu dia mengejar Airin yang berlari kecil dengan seragam sekolahnya yang sudah basah sama sepertinya. Cowok  itu langsung berhenti tepat di depan Airin dan menarik tangannya.

"Lo harus ikut gue pulang, gue mau nganter lo pulang bukan niat mau nyulik lo bego!" ketusnya kesal karena Airin menolaknya.

"Gue udah bilang kalau gue gak mau," tolak Airin.

"Naik atau gue gendong," ucapnya  dengan suara dingin. Tatapan tajam begitu membuat Airin tidak melawan lagi.

Airin hanya diam di tempat, ingin naik tapi dia takut kalau sampai rumah bakal di omelin ayah dan ibunya. Tapi di sisi lain juga dia sudah kedinginan akibat seragamnya sudah basah karena air hujan.

"Jangan bikin gue turun dari motor dan gendong lo untung naik ke motor gue," ucapnya membuyarkan lamunan Airin.

Airin mengangguk kemudian naik di motor cowok itu. Tanpa basa-basi lagi cowok itu memegang tangan Airin dan melingkarkan di perutnya dan melajukan motor menuju ke rumah Airin.

Jantung Airin berdetak kencang dari biasanya, karena dirinya begitu kaget dengan perlakuan cowok ini ke dia. Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di pintu gerbang rumah Airin.

Airin segera turun dan berucap terima kasih pada cowok itu karena sudah mengantarnya pulang.  Selesai itu Airin berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan sosok cowok  yang sedari tadi memperhatikannya.

"Cantik," ucapan itu keluar dari mulut pemitu.

"Lo bakal jadi milik gue, dan gue gak akan biarin lo di rebut oleh orang lain." gumannya, lalu melajukan motornya meninggalkan rumah Airin.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang