PART 7

88 0 0
                                    

Di tempat lain lebih tepatnya di rumah milik tuan Jason, mereka tidak terlalu memikirkan anak mereka sekarang berada dimana, bahkan Aurel sudah memberitahukan pada ayah dan ibunya jika Airin telah di kasih pelajaran karena berani mendekati pacarnya. Tapi mereka tidak memperdulikan keadaan Airin dan lebih senang seperti tidak ada masalah.

"Ayah? apa ayah tidak marah sama Aurel karena Aurel udah mukul dan tinggalin Airin di toilet sekolah?" tanya Aurel.

"Enggak dong sayang, itu pelajaran buat dia karena berani mendekati pacar kamu." ucap tuan Jason tersenyum.

"Bener kata Ayah, palingan itu cuma luka ringan aja tapi Airinnya aja yang lebay," timpal ibu Kinar.

"Aurel pikir Ayah sama Ibu marah sama Aurel," ucap Aurel manja.

"Enggak sayang." ucap ibu Kinar sambil memeluk Aurel.

Mereka begitu senang di atas penderitaan Airin, mereka lebih memanjakan Aurel dan mengabaikan putri pertama mereka sendiri.

Sementara di rumah sakit Airin sudah sadar, Airin menatap seklilingnya yang bernuansa putih semua. Airin merasakan tangan sebelahnya berat, saat dia melihat sontak membuat terkejut. Airin melihat seorang pemuda yang tertidur sambil menggenggam tangannya.

Airin mencoba melepaskan genggaman pemuda itu. Karena merasa ada pergerakan ia langsung terbangun dan mengucak matanya. Pemuda itu melihat Airin yang sudah sadar langsubg tersenyum hangat.

"Akhirnya lo sudah sadar," ucapnya tersenyum.

"Maaf, lo siapa ya? dan kenapa gue bisa ada disini?" tanya Airin dengan suara serak.

"Gue orang yang kemarin ngantar lo pulang dan gue juga yang bawa lo kesini," ucapnya.

Airin tidak menyangka jika dia bertemu lagi dengan pemuda yang saat itu, dia melihat secara intens wajah pemuda itu. Jujur dari lubuk hati Airin dia begitu kagum melihat ketampanan dari cowok yang saat ini berada  di hadapannya.

Airin mencoba mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain saat tidak sengaja mata indah miliknya bertemu dengan mata pemuda itu.

"Lo kenapa bisa ada di toilet dengan keadaan seperti itu?" tanya pemuda itu dengan berpura-pura tidak tahu masalahnya.

"Ah itu ... g--ue cuma kepeleset saat mau buang air aja," ucap gugup Airin dengan berbohong.

"Beneran?" tanya pemuda itu.

Airin hanya mengangguk tanpa menatap mata pemuda itu. Pemuda itu hanya mengangguk-ngangguk kan kepalanya, sebenarnya dia hanya ingin mengetes Airin saja.

"Gue keluar bentar dulu mau beli makanan, lo tunggu disini ya? gue beli makanan di depan aja." ucap pemuda itu lalu pergi.

Sekarang sudah jam delapan malam, Airin merasa bosan di rumah sakit. Dia turun dari ranjang dan berjalan keluar untuk jalan-jalan sebentar, saat mau membuka pintu tiba-tiba dari luar pemuda masuk sambil membawa gado-gado dan nasi goreng.

"Lo mau kemana?" tanyanya bingung.

"Gue bosen disini, gue pengen keluar. Lagian gue juga pengen pulang," ucap Airin.

"Lo belum boleh pulang sekarang tapi besok pagi lo bisa pulang," ucap pemuda itu.

"Ya sudah, sekarang lo makan dulu ya. Gue udah beliin gado-gado sama nasi goreng," ucap pemuda itu.

Airin mengangguk lalu duduk di sofa yang sudah di sediakan, Airin makan bersama pemuda itu dengan perasaan tenang, pemuda itu kadang membuat lelucon agar Airin tertawa.

"Lo gak pulang? ini udah jam delapan lewat loh," ucap Airin menatap pemuda itu.

"Gak, gue sampe besok disini buat jagain lo," ucapnya.

"Lo harus pulang, nanti orang tua lo nyariin lo karena gak pulang." ucap Airin dengan wajah cemas.

Pemuda itu tersenyum melihat wajah cemas yang di tunjukkan Airin padanya.

"Lo tenang aja gue udah hubungi nyokap gue kok," ucapnya sambil tersenyum.

"Em yaudah." ucap Airin.

Airin kemudian meraih tasnya dan mengambil ponselnya, saat menyalakan ponsel banyak panggilan tak terjawab dari Rafael dan banyak sms masuk dari Rafael juga. Airin membuka dan membaca pesan itu.

💬
Rafael🖤
[Sayang kamu dimana?]

[Sayang?]

[Angkat dong telponnya plis]

[Kamu kenapa sih, Airin?]

[P]

[P]

[P]

[Sayangku]

Begitulah isi pesan dari Rafael pada Airin. Airin tersenyum mendapat pesan singkat dari sang kekasih, kemudian dia membalasnya dan mengatakan kalau dia tertidur dan tidak sempat mengangkat telfon dari Rafael.

Sementara pemuda yang berada di hadapannya menggeram kesal karena melihat Airin tersenyum sambil menatap layar ponsel.

"Sabar belum waktunya." batin pemuda itu.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang