PART 33

87 2 0
                                    

Disisi lain Airin sedang berdiri di balkon sambil melamun. Airin tahu bahwa hari ini adalah hari acara pertunangan Rafael dengan Aurel. Tanpa sadar air mata Airin jatuh, dia merasa sakit lagi karena seseorang yang dicintainya hari ini telah resmi menjadi tunangan orang lain.

Airin bahkan lupa untuk makan malam karena pikirannya di penuhi oleh Rafael.
Di ruang keluarga Arga bersama ayahnya sedang menonton TV, ibu Sri sedang menyiapkan makan malam mereka.

"Arga, kamu panggilin adik kamu terus kita makan malam bersama," ucap ibu Sri sedikit mengeraskan suara.

"Iya Bun," sahut Arga lalu berjalan menuju kamar Airin.

Sampainya di depan pintu kamar Airin, Arga mengetuk pintu beberapa kali tapi tak kunjung di buka oleh Airin. Arga yang sudah lelah akhirnya membuka knop pintu dan ternyata pintunya tidak di kunci.

Arga melihat Airin tidak ada di tempat tidur, dia berjalan ke arah balkon kamar dan ternyata Airin tengah berdiri disana. Tapi seketika langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan dari Airin.

"Dek?" panggil Arga menepuk pelan bahu Airin.

Airin terkejut karena tidak mengetahui kedatangan sang kakak. Cepat-cepat dia menghapus sisa air matanya dan kembali menatap Arga.

"Kak Arga," ucap Airin.

"Dek kamu ngapain berdiri disini? terus itu, kenapa kamu nangis?" tanya Arga.

Airin tidak tahu mau jawab apa, masa iya harus kasih tau kalau dia nangis cuma gara-gara cowok.

Arga yang melihat tidak ada jawaban dari adiknya bertanya kembali.

"Dek? kakak nanya loh, kamu kenapa nangis? apa ada masalah?" tanya Arga kembali.

"Enggak kok kak, tadi mata Airin hanya kelilipan hehe," ucap Airin berbohong.

"Jangan bohong, masa iya kelilipan sampai kedua mata kamu bengkak gitu kan gak masuk akal. Coba cerita sama kakak kalau kamu ada masalah apa?" tanya Arga.

Airin akhirnya menceritakan semua pada Arga.

"A-airin cuma inget aja kak kalau hari ini acara pertunangan mantan pacar Airin sama saudara Airin," ucap Airin menahan isak tangisnya.

Arga sedikit terkejut jika Airin menangis hanya karena hal itu, Arga langsung merengkuh tubuh mungil Airin menangkan gadis itu. Arga merasa kasihan jika Airin pernah mengalami hal sesulit itu dulu pada keluarga kandungnya sendiri.

Tangisan Airin semakin mejadi di pelukan sang kakak.

"Airin, dengerin kakak ... kamu harus lupain semua yang pernah terjadi antara kamu dan juga mereka. Kakak gak mau liat terus-terusan nangis hanya karena orang-orang seperti mereka," ucap Arga.

"Bisa saja kakak akan menghancurkan orang-orang yang telah membuatmu seperti ini," ucap Arga menahan emosinya karena merasa kesal dengan keluarga Airin.

"Hikss ... hikss, Airin bakal coba untuk melupakan mereka dan akan memulai hidup baru Airin," ucap Airin yang masih dengan isakannya.

"Kamu harus janji sama kakak gak boleh nangis lagi," ucap Arga.

Airin hanya tersenyum dan mengangguk pertanda setuju.

"Sekarang kita turun ke bawah untuk makan malam, Ayah sama Bunda udah nunggui kita disana," ucap Arga sembari menghapus bekas air mata Airin.

"Iya kak." jawab Airin yang langsung tersenyum ceria.

Lalu mereka berdua turun bersama dan berjalan menuju ruang makan, disana ayah dan bunda sedang menunggu kedatangan mereka.

Setelah selesai sarapan mereka tengah duduk bersantai di ruang keluarga.

"Arga, Airin, kebetulan kita semua ngumpul disini. Ayah mau ngasih tau sama kalian kalau besok Ayah akan pergi ke luar negeri selama satu bulan. Ayah harus mengurus perusahaan Ayah disana, dan untuk kamu Arga kamu harus ikut untuk membantu Ayah," jelas pak Wijaya.

"Dan untuk Airin, Ayah sudah mengurus tentang data-data diri kamu, dan sekarang nama belakang kamu sudah Ayah ganti  menggunakan marga Ayah yaitu 'SANJAYA' jadi sekarang nama kamu sudah menjadi 'Airin Florencia Sanjaya'," ucap pak Wijaya tersenyum.

Semua yang mendengar penjelasan dari pak Wijaya langsung tersenyum bahagia, terutama Airin. Dia merasa begitu terharu karena pak Wijaya begitu peduli dan sayang padanya seperti putri kandungnya sendiri.

"Terima kasih Ayah," ucap Airin dengan mata berkaca-kaca.

Pak Wijaya hanya tersenyum bahagia saat melihat Airin begitu senang begitu juga dengan ibu Sri. Ibu Sri sampai ingin menangis saking bahagianya.

Arga merasa bahagia melihat keharmonisan keluarganya, dan begitu bahagia karena Airin merasa nyaman tinggal bersama mereka meskipun Airin baru beberapa hari tinggal disini tapi sudah terlihat sangat akrab.

"Oh iya, Ayah juga lupa kalau Arga kan ikut sama Ayah besok jadi otomatis gak ada yang anterin Airin pergi ke sekolah. Tapi Airin gak perlu khawatir karena Ayah sudah menyiapkan mobil untuk Airin pakai ke sekolah, kemarin Ayah sama Bunda sempat pergi keluar untuk mencarikan Airin mobil." jelas pak Wijaya kembali.

Airin terkejut ketika pak Wijaya telah membelikannya sebuah mobil untuknya.

"Ayah, Ayah gak perlu beliin Airin mobil Airin bisa naik angkot atau ojek online," ucap Airi menolak.

"Ayah gak menerima penolakan, pokoknya mobil itu harus Airin pakai." ucap pak Wijaya.

Airin tidak tahu harus berbuat apa karena bahagianya, dia tidak menyangka jika pak Wijaya membelikannya mobil.

"Apa kamu gak mau peluk Ayah?" tanya pak Wijaya dengan senyum di wajahnya.

Airin hanya tersenyum lalu menghampiri pak Wijaya dan langsung memeluknya.

"Makasih ayah," ucap Airin menangis terharu.

"Gak perlu bilang terima kasih nak ... Ayah dengan senang hati memberikan apa saja yang kamu dan kakak kamu," ucap pak Wijaya mengelus rambut sang anak.

"Jadi apa hanya Ayah yang di peluk terus Bunda gak?" tanya ibu Sri berpura-pura merajuk.

Arga, Airin dan pak Wijaya hanya tertawa melihat ibu Sri ngambek. Airin kemudian beralih memeluk ibu Sri, sedangkan ibu Sri dengan senang hati membalas pelukan putrinya.

Airin begitu senang karena dimana impiannya untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarga sudah terkabul. Dia sangat bersyukur bertemu dengan orang baik seperti ini.

"Ya Allah ... terima kasih telah mengirimkan malaikat baik seperti mereka. Takdirmu begitu indah." batin Airin tersenyum.

𝐀𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang