17- terjebak dimasa lalu II

18.1K 1.4K 12
                                    

Mau tanya boleh?
Apa pendapat kalian tentang cerita ini?




Kinara telah mengosongkan perutnya,kembali mengeluarkan segalanya yang sempat ia telan tadi. Menunggu revan yang entah sedang mencari apa didalam laci membuat kinara sebal lama menunggu.

"Nyari apaan sih, mas? Kalo ga ada makanan ga papa kok,aku juga ga laper-laper banget." Ucap kinara setengah berbohong

Dikatakan tidak lapar dirinya terasa munafik,padahal perut sudah meminta untuk di isi sebanyak mungkin. Tapi perkataan dan perbuatan revan tadi membuat kinara lebih memilih untuk meredamnya saja.

Melihat revan yang tetap sibuk dengan urusannya membuat kinara memilih untuk melangkahkan kaki meninggalkan dapur. Kembali memasuki kamar yang sunyi ini.

"Udah tau, udah punya istri bukannya persediaan malah ngasih makanan basi. Pengen gue mati kali ya? Biar jadi duda keren!" Cerocos kinara kemudian memilih untuk melihat-lihat yang ada dikamarnya ini, kamar revan maksudnya.

Dari mulai figura kecil tentang keluarga revan, penghargaan sampai akhirnya kinara kembali menemukan foto windi dilaci paling bawah. Jumlahnya tidak sedikit bahkan terbilang banyak, dan puluhan lembaran surat kusam yang membuat rasa penasaran kinara mencuat tinggi.

Hai di, apa kabar disana?
Cukup baik atau kurang baik karna ga ada aku?

Di bogor masih sama di, turun hujan ditempat dulu kita berteduh. Dimana kamu bilang, untuk mencintaiku saat itu. Ah aku kembali mengulangnya lagi, maaf.

Semoga disana baik-baik saja ya, jaga segalanya di.

Sayang, Revan Prananta.
Bogor, 14 april 2020.

Kinara menurunkan surat itu perlahan. Ini belum lama,bahkan jangka waktunya hanya satu tahun setelah kejadian corona ditahun itu. Tapi sebuah surat ditahun semodern itu?!

"Tunangan? Apa ldr-an sih? Rumit banget kisahnya," ucap kinara kemudian menarik surat lain. Ini lebih bagus bentuknya dan terlihat baru.

Di, apa disana baik-baik saja?

Bogor sedang tidak baik di, aku rindu kamu yang menenangkan situasi ini.

Dengan berat hati aku harus menerimanya, sebuah pernyataan gila yang mengharuskan aku untuk menghabiskan waktu selamanya bersama bocah kecil itu.

Aku--

Belum sempat kinara melanjutkan bacanya kertas itu terlebih dahulu direbut oleh seseorang. Sang pemilik kata dan huruf kecil disana.

"Siapa yang menyuruhmu membacanya?" Tanya revan dengan tatapan tajamnya
"Aku cuman iseng," cicit kinara

"Ini bukan urusan kamu, tidak perlu ikut campur!" Kata revan kemudian mengeluarkan segalanya dari laci.

"Aku ga terima disebut bocah kecil! Gimanapun umur aku udah delapan belas tahun bukan bocah lagi!" Ucap kinara memprotes

"Saya tidak peduli kinar. Yang saya tau,kamu tidak punya sopan santun!" Ucap revan setengah berteriak. Ia tidak suka apapun privasinya diketahui oleh orang lain. Apalagi seseorang yang baru ia kenal dan baru masuk kedalam kehidupannya.

Kinara kembali terdiam,kedua kalinya dihari ini perkataan revan selalu menusuk kedalam hatinya. Terkesan singkat tapi menusuk sakit.

"Ma-maaf," cicit kinara menahan air mata dipelupuk matanya.

Revan mengubrisnya, membawa semua yang ia raih digenggamannya kemudian keluar kamar bersama kertas dan foto-foto itu. Kembali meninggalkan kinara seorang diri bersama segelas teh hangat yang revan buat.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang