58- Pelukmu, rindu'ku

15.6K 1.1K 39
                                    

Selamat membaca semuanyaaaa..!
Jangan lupa vote dan komen kegregetan kalian ya biar aku cepet up nya dan biar rame juga wkwk❣

Bentar lagi end nih, kira-kira ada bayangan ga akhirnya gimana?

___________________

Jika rindu sudah disalurkan temu,
Lalu apa?
___________________



Kinara menatap makanan yang cukup banyak di meja makan, ia baru saja membuka matanya dan belum melakukan apapun tapi banyak makanan membuatnya keheranan.

"Ayo sarapan," kinara menoleh keasal suara itu kemudian seketika senyuman mengembang lebar dari bibirnya.

"Kamu yang buat?" Tanya kinara terkejut

Revan mengangguk kemudian mempersilahkan kinara untuk duduk. Setelah itu ia duduk dihadapan kinara.

"Makanan yang mungkin akan kamu suka," ucap revan dengan senyuman tipis
"Aku pasti suka, ohya mas kapan sampe kesini?" Tanya kinara membuat revan tersenyum penuh arti

"Ayo makan dulu," titah revan.

Kinara mengangguk kemudian menikmati makanannya. Diam-diam kinara memperhatikan revan, mencuri pandang pada orang yang sudah lama ia rindukan.

Ditengah-tengah sarapan pandangan kinara terjatuh pada 2 koper besar yang berada diruang tamu.

"Itu koper siapa mas?" Tanya kinara

"Koper saya."

"Hah? Buat apaan? Kok ada disitu?" Tanya kinara keheranan

Revan menyudahi makannya kemudian meneguk segelas air hingga kandas.

"Saya akan pergi." Kinara mengerutkan keningnya.

"Kemana? Mas baru aja pulang loh!" Ucap kinara setengah berteriak
"Saya harus pergi kinara, saya akan memberikan kamu kebahagiaan atas kepergian saya." Kinara menatap revan tak percaya.

Seseorang yang ia rindukan kehadirannya mengambil keputusan secepat itu?!

"Mas ga boleh pergi!" Sergah kinara saat revan bangkit dari duduknya.

"Kinara, kalo saya tidak pergi impian kamu tidak akan pernah menjadi nyata!" Bentak revan membuat kinara meringis.

Bentakan revan kali ini terdengar tegas dan menyayat hati, biasanya revan selalu berkata lemah lembut padanya tapi untuk kali ini tersirat amarah dimatanya.

Revan berjalan menuju ruang tamu kemudian mulai menyeret kopernya. Secepat kilat kinara memeluk revan dari belakang, berusaha menghentikan langkah suaminya itu.

"Aku mohon jangan pergi," lirih kinara memohon

"Saya harus pergi. Demi kamu." Ucap revan keukeh

"Kalo aku bilang enggak ya enggak!" Ucap kinara tambah mengeratkan pelukannya.

Revan melepaskan tangan kinara dengan cekalan kasarnya, kemudian berbalik menatap kinara yang kini sudah menangis.

"Saya pergi seperti keinginan kamu." Ucap revan kemudian menepis tangan kinara hingga membuatnya jatuh tersungkur.

Air mata kinara tidak bisa lagi meluluhkan hatinya, revan sudah benar-benar beku lagi.

Setelah itu revan bergegas pergi tanpa menoleh kebelakang dan menutup pintu dengan kencang.

Kinara segera bangun dari jatuhnya kemudian berlari menyusul revan yang sudah keluar unit.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang