45- Rumah kesendirian

13.6K 1K 11
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan🙏
Selamat membaca bagi yang suka🙏

Jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku tambah semangat buat up nya🙌
Makasih❤








"Kita buat keluarga kecil yang bawel seperti kamu."

"Bawel bawel gini juga pemecah kebekuan kamu mas!" Dengus kinara membuat revan kembali tertawa.

Tawa yang lebih lepas membuatnya terlihat begitu manis dan lebih tampan, pemandangan yang selama ini dinantikan oleh kinara. Pilihan ayahnya memang tidak pernah meleset.

"Emangnya saya es sampe beku gitu?" Tanya revan seraya menghentikan tawanya
"Awalnya es sekarang udah jadi air sih, lebih encer!" Ucap kinara

"Ada-ada aja kamu ini," ucap revan

"Permisi dokter revan, meja operasi sudah siap." Ucap anty dari luar ruangan.
"Sebentar saya kesana," sahut revan.

Kinara menghembuskan nafas panjangnya sambil tersenyum kearah revan. "Semangat kerjanya bawa uang yang banyak ya buat bikin rumah."

Revan kembali terkekeh. "Saya sudah siapkan rumahnya kinar, nanti kita liat sama-sama ya?"

"Oh supris ya ceritanya?" Revan mengangguk.

"Habis ini kamu mau kemana?" Tanya revan
"Emm, mungkin pulang aku kesini iseng doang sih,"

"Hati-hati bawa motornya ya? Jangan kebut-kebutan ntar yang nangani dokter lain kalo kamu kenapa-napa." Ucap revan merasa ada sesuatu yang jelek dipikirannya.

"Tercium aroma-aroma cemburu dari anda dokter grevano prananta!" Ucap kinara

"Iya saya cemburu," tukas revan

"Aku maunya kan diobatin sama mas, dokter cinta," ucap kinara seraya menoel pipi revan dengan genitnya.

"Apa seseru itu menggoda saya?" Tanya revan

Kinara berpikir sejenak kemudian mengangguk semangat. "Sangat seru!"

"Dasar! Saya harus keluar sekarang, ingat apa kata saya ya? Saya ga mau kamu kenapa-napa." Ucap revan kembali mengingatkan. Pertemuan awalnya dengan kinara yang dibuka dengan kecelakaan kecil sedikit membuatnya takut terulang.

"Iyaaa, aku juga pulang ya?" Ucap kinara kemudian mengulurkan tangannya pada revan.

Revan yang mempunyai kepekaan tingkat dewa pun segera memberikan tangannya pada kinara, kinara tersenyum kemudian mencium punggung tangan revan selayaknya seorang istri.

"Semangat, mas dokter!"

Setelah itu kinara dan revan sama-sama melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu, sesekali revan menoleh kebelakang memastikan kinara masih ada disana begitupun sebaliknya.

Andai semesta tau bahwa keduanya sedang terbakar didalam api asmara yang sempat renggang akibat masa lalu. Rasanya tidak ingin pisah dan terus bersama.

Setelah dipersimpangan koridor revan dan kinara sama-sama tidak bisa melihat lagi, kinara menghembuskan nafas kasarnya kemudian merogoh ponsel yang sudah bergetar sedari tadi, sengaja ia tidak mengaktifkan mode suara karena tidak ingin diganggu.

"Kenapa tiya nelpon ya? Tumben banget," ucap kinara kemudian menerima panggilan itu.

"Halo ti ada apa?"

'...'

"Ha?"

'...'

Dunia kinara seakan runtuh seketika, kakinya melemas, darahnya membeku, detak jantungnya berhenti semua hal seakan berubah dalam waktu sekejap. Ponsel yang ia genggam pun kinara terjatuh kelantai membuat layarnya menghitam.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang