30- yakin bahagia?

16.2K 1.1K 1
                                    

"Hai naraaa!" Kinara sontak menoleh kemudian terkekeh.

"Ngapain lo rangkul-rangkul segala!" Ucap kinara

Zidan tertawa kemudian melanjutkan langkah kakinya dengan tangan dibahu kinara.

"Gimana udah baikan sama hira?" Tanya zidan

Kinara menggeleng kecil, "Gue belum berani hubungin dia lagi lagipula semua kontak gue diblokir sama dia."

"Hah? Emangnya ngeributin apaan sih sampe kayak gitu? Ribut besar banget?" Tanya zidan

Kinara menggeleng dengan wajah polosnya kemudian kakinya terhenti ketika melihat Hira sedang tertawa bersama teman-teman barunya, pandangan mereka bertemu satu sama lain.

"Sapa gih sana," ucap zidan seraya menepuk bahu kinara.

Hira yang melihat itu langsung melepaskan kontak mata kemudian kembali tertawa.

"Gue mau kekelas aja," ucap kinara kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan zidan.

Bukannya melangkahkan kaki menuju kelas kinara justru berbelok menuju lapangan futsal disekolahnya--tempat biasa dirinya curhat bersama hira.

Kinara duduk dikursi tempat biasanya,menatap kosong kearah lapangan yang sepi.

"Hira kenapa sih? Uuuh, gue ga masalah dimusuhin sama satu dunia tapi gue ga bisa dimusuhin sama hira!" Gumam kinara seraya mengusap kasar wajahnya.

"Kayaknya gue harus minta maaf deh sama dia dan nyelesaiin masalah," ucap kinara setelah runyam dengan pikirannya.

Kinara bangkit hendak kembali menghampiri Hira yang berada dikelasnya.

"Lo nyari gue?" Kinara menoleh keasal suara itu kemudian tersenyum.

"Lo kesini?" Tanya kinara seraya kembali mendaratkan bokongnya.

Hira berjalan menghampiri kinara kemudian menyodorkan sebuah amplop coklat pada kinara.

"Buat gue? Nyogok ya biar ga musuhan lagi?" Tanya kinara dengan candaannya.

Hira berdecih, "Baca baik-baik!"

Kinara menerima kertas itu kemudian tercengang dengan isi yang ada didalamnya.

"Kemaren hampir aja windi kehilangan anaknya gara-gara operasi yang dilakuin suami lo, tapi untung bayinya masih bisa selamat." Ucap hira

Kinara berdiri. "Terus maksud lo ngasih ini ke gue apa? Hira denger ya, windi itu urusannya sama dokter revan bukan sama gue. Windi dan bayinya juga urusan mereka bukan urusan gue. Dan satu lagi, itu kisah mereka gue ga tau apa-apa."

"Tapi sekarang lo istrinya! Seharusnya hal apapun yang menyangkut suami lo itu udah pasti ada kaitannya sama lo dan lo pikir dong cowok yang udah punya istri kenapa milih buat hamilin cewek lain?!" Sentak hira.

Kinara terdiam. Perkataan hira sedikit menusuk kerelung hatinya,membuat otaknya berputar untuk berpikir yang baik.

"Revan ga mungkin ngehamilin cewek lain," ucap kinara tak percaya

"Emang ga mungkin dari tampilannya tapi daleman hatinya lo ga tau kan? Heh gimana mau tau ya dianggap suami aja enggak," ucap hira seraya terkekeh sinis

Kinara menoleh kekanan dan kekirinya penuh ketegangan,apa yang dikatakan Hira memang benar dan nyata seperti apa yang ada dibatinnya. Tapi setengah dari hati kinara masih menolak keras kehadiran revan dihidupnya.

"Ra, lo kan tau gue ga bisa jatuh cinta dan sayang sama orang secepat kilat. Gue perlu waktu," ucap kinara dengan suara mengecil

"Seharusnya lo jagain suami lo, nar. Gue ga tanggung jawab kalo pemberitaan kehamilan windi sampe ketelinga keluarga lo!" Ucap hira kemudian berbalik.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang