39- Serangan tak terduga

14.3K 1K 6
                                    

Selamat membaca semuanyaaa!
Jangan lupa kasih vote sama coment nya dong wkwk.

Selalu pengen nanya nih, kalian suka ga sih sama cerita ini?

Dahlah tanpa basa basi.
Happy reading❤



Revan melajukan mobilnya setenang mungkin padahal hatinya dan berkecamuk hebat didalam sana. Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh kinara berdua bersama leon.

"Van, aku rasa dia bukan istri yang baik deh," windi membuka suara, tangannya merayap menyentuh tangan revan dikemudi.

"Kamu ga pernah suka sama cewek yang jalan sama cowok lain van, dia udah jadi istri kamu seharus--"

Revan menoleh sekilas kearah windi, dirinya juga sama bukan? Bersama mantan walau dengan alasan lain.

"Turun." Ucap revan setelah menghentikan laju mobilnya.

Windi melirik sekelilingnya kemudian mengangguk, membuka seatbelt. "Hati-hati dijalan van, makasih tumpangannya dan kalo kamu butuh tempat curhat aku selalu siap."

Setelah itu windi keluar dari mobil revan. Tanpa mengatakan apapun revan memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Jalanan yang hampa dan kosong dipenuhi pikiran tentang kinara.

Ketika sampai di apartemen revan langsung menuju unitnya, sejak kejadian lift beberapa minggu lalu revan mulai kembali menaiki lift berbeda dengan kinara yang masih trauma.

Ah teringat kinara, rasanya revan ingin segera bertemu dengan gadis itu.

Setelah sampai revan mengedarkan pandangannya, kinara tidak ada disini dan entah ada dimana.

"Apa dia masih sama leon?"

Revan hanyut dalam pikirannya, rasa cemburu tidak bisa lagi revan tutupi tapi mengingat dirinya juga pergi bersama windi membuat revan balik tertampar.

Revan menghembuskan nafas panjangnya kemudian berjalan memasuki kamar untuk membersihkan diri.

Setelah selesai revan kembali keruang tengah berharap kinara sudah berada disana, tapi ternyata harapan tetaplah menjadi harapan. Ruangan itu masih kosong dan hampa.

Revan berjalan memasuki dapur, membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. Revan menatap jendela, diluar sana hujan datang menyambut malam dikota bogor perasaan khawatir mengebu diseluruh pikiran revan.

Revan segera kembali kekamar dan menyalakan ponselnya, mencoba menghubungi kinara.

Sedangkan diluar sana kinara hanya bersama keheningan dan rintikan hujan, disebuah halte bis sebagai tempat berteduh. Tatapan kinara terlihat kosong beberapa seruan petir tak lagi menakutinya.

"Dulu waktu sama gue kok lo jaim banget sih nar, sok suci padahal akhirnya bunting juga kan?!"

Perkataan leon terus berputar dikepala kinara air mata kembali menetes dipipinya. Rasanya kinara ingin berteriak melampiaskan kemarahannya.

"Kenapa gue mesti punya perasaan sama orang yang sebrengsek lo leon?!" Tanya kinara geram pada dirinya sendiri.

'Inget ya sayang, kalo kamu sudah menikah itu artinya semua hak kamu tergantung keputusan suami kamu. Mamah tau bagimana perjalanan cinta kamu, tapi mamah yakin kamu akan punya perasaan seiring berjalannya waktu.'

Perkataan fitri ikut mengiringi kepala kinara. Ucapan seorang ibu semalam sebelum anaknya dipersunting oleh lelaki yang dipilihkannya.

"Aku harus gimana mah? Jodoh pilihan mamah selalu bertolak belaka sama apa yang ada dihati aku!" Lirih kinara kembali mengucurkan air matanya. Hingga ia terlarut dalam tangisnya dalam rintikan hujan.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang