24- Windi dan prinsipnya

16.1K 1.2K 33
                                    

Kinara celingak-celinguk mencari buku yang pas dihatinya,tapi sama sekali ada yang menarik dimatanya dari hampir beribu buku di gramedia ini.

Disini kinara, ditengah jejeran rak bersama zidan mencari sesuatu yang jelas sama sekali tidak ada yang menarik.

"Udah belum?" Tanya kinara hampir bosan
"Bentar dua lagi," desis zidan kembali berjalan ke rak yang lain.

Kinara menghembuskan nafas beratnya, buku adalah musuh terbesarnya ia lebih menyukai beribu lukisan alam dibandingkan 1 buku.

Drrrt

Kinara merogoh handphone yang ada disaku,menatap layar ponselnya dengan panggilan disana.

"Halo,"

'Assalamuaikum,'

"Waalikumsayang,"

'Salam kinar!' Tegur seseorang dari sebrang sana yang sudah dipastikan bahwa itu revan.

"Iyaiya waalikumssalam. Kenapa?"

'Saya ga bisa jemput, kamu pulang sendiri bisa kan?'

"Enggak. Aku lupa alamat." Jawab kinara asal

'Oke. Saya kirim taxi online.'

"Ehh enggak! Aku tau kok. Lagian aku lagi digramedia." Sergah kinara

'Ngapain? Jangan bakar gramedianya kinar!' Ucap revan memperingati

"Ya palingin bukunya aku acak-acak."

Terdengar kekehan kecil dari sana,kinara yang mendengarnya sontak ikut tersenyum.

"Pengen liat mas dokter ketawa deh,pasti manis kayak madu." Goda kinara

'Siapa yang ketawa?'

"Mas dokterlah yakali bu retno." Celetuk kinara

'Oh.'

Kinara diam,begitupun revan. Keduanya sama-sama diam padahal masih berada dipanggilan yang sama.

"Nar, gue udah selesai nih." Secepat kilat kinara mematikan telfonnya,berharap bahwa revan tidak mendengar suara zidan.

"Lo kenapa dah?" Tanya zidan

"Ga papa. Gue ga ada yang mau dibeli," ucap kinara dengan cengiran khasnya
"Apal dah gua sama lu mah, yaudah gua bayar dulu bentar," ucap zidan tersenyum maklum

"Gue tunggu diluar ya," zidan mengangguk. Kinara melangkahkah kan kakinya meninggalkan zidan.

From : mas dokter
'Siapa cwk tdi?'
'Plg skrng. Saya jemput.'

Kinara terkekeh geli membacanya,dichat maupun di dunia nyata revan tetap cinta pada kalimat bakunya.

"Kinara tanazeelya," kinara menoleh keasal suara itu. Mengerutkan keningnya berusaha mengingat siapa orang yang terasa familiar ini.

"Saya windi." Kinara mengangguk. Ia sudah ingat sekarang,windi calon istrinya revan..ralat mantan calon istrinya revan.

"Bisa bicara sebentar?"

Disini kinara sekarang,sebuah cafe kecil dengan minuman yang dipesankan oleh windi. Sejak beberapa menit lalu kinara dan windi bertemu masih belum ada yang mengucapkan kata.

"Ternyata istrinya revan memang cantik ya?" Ucap windi memecah keheningan.

Kinara menautkan kedua halisnya,dari mana windi tau bahwa kinara istrinya. Beribu pertanyaan memenuhi isi pikiran kinara.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang