53- Maaf t'lah melukai

15.1K 1K 17
                                    

Assalamualaikum semuanyaaa..!

Berhubung besok lebaran aku mau bilang Minal aidzin ya untuk kesalahan dalam cerita ataupun penempatan rasa🙏 mohon maaf lahir batin yaa

Jangan lupa vote+komen seputar cerita ini ya biar aku tambah semangat🙌
Makasii semuanya❣

_______________

Jangan jadikan obsesi sebagai panutan atau ia akan menuntunmu pada kehancuran.

_____________

Revan mengerjapkan matanya ketika cahaya matahari mengusik tidurnya. Kemudian revan mengucek matanya menghembuskan nafas panjang ketika melirik kinara yang kini terbaring lemah diatas brankar.

"Kinar, ayo bangun saya rindu kamu." Ucap revan seraya mencium punggung tangan kinara yang semalaman ia genggam.

Revan menatap wajah pucat kinara dengan perasaan sedih, bibir pucat itu biasanya selalu bawel tak menentu tapi kini rapat pucat pasi.

"Pagi pak, kami harus memeriksa keadaan pasien." Ucap dokter mengejutkan revan.

Revan mengangguk kemudian melepaskan genggamannya. "Tolong jangan buat istri saya tertidur terlalu lama dok."

"Kami akan berusaha pak. Anda bisa keluar sebentar," revan mengangguk kemudian keluar meninggalkan kinara.

Langkahnya benar-benar berat, sayatan rasa bersalah terus menghujam revan andai malam itu ia tidak lembur mungkin kinara tidak akan seperti sekarang.

Ia gagal lagi. Untuk kesekian kalinya!

"Revan," revan menoleh seasal suara itu.

Dinya berjalan cepat mendekati putra sulungnya yang kini terlihat sedikit kacau.

"Maaf mamah baru dateng, kinara gimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanya dinya khawatir
"Semalam kinar kritis mah," jawab revan parau

Dinya mengelus pundak revan mencoba menguatkannya.

"Terus sekarang gimana?" Tanya dinya lagi
"Lagi diperiksa."

"Kinar pasti ga papa sayang, kinar itu perempuan kuat dia pasti bisa lewatin masa itu." Ucap dinya meyakinkan revan.

Dinya menuntun revan untuk duduk kemudian memberikannya sebotol air.

"Ayo minum dulu," titah dinya.

Revan hanya menerima air itu tanpa meminumnya.

"Sebenernya kinar itu kenapa bisa kayak gini?" Tanya dinya
"Kinar ditusuk mah dan revan yakin kalo yang ngelakuin itu adalah begal." Ucap revan dengan pandangan lurus.

"Semalam?"

Revan mengangguk.

"Kamu kemana? Kok kamu ga sama kinara?" Tanya dinya semakin penasaran.

"Itu salahnya revan mah, se-semalam kinar dateng keacara sekolahnya tapi bodohnya revan malah ngebiarin kinar berangkat sendiri." Ucap revan dengan cairan bening yang mulai menumpuk dimatanya.

"Ini udah takdir sayang, memang sudah jalan tuhan kayak gini jangan salahin diri kamu." Ucap dinya kemudian menarik revan kedalam pelukannya.

"Revan takut mah, revan takut kinar.." revan menggantung perkataannya. Tidak. Ia tidak boleh mengatakannya.

"Kinara ga akan kenapa-napa. Semuanya udah takdir revan sama seperti perjodohan yang sebelumnya kamu tentang ini." Ucap dinya

Revan melepaskan pelukannya kemudian mengangguk. Ia yakin kinara tidak akan meninggalkannya dan ia tidak akan membiarkan kinara meninggalkannya.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang