40- Hadiah

14.4K 1K 5
                                    

Selamat membaca VanNar❤




Setelah membersihkan diri kinara kembali kemeja makan, sisi lain ia sedikit malas untuk mengunyah makanan tapi disisi lainnya juga perutnya sudah demo meminta di isi.

"Akhirnya datang juga," ucap revan bernapas lega.

Kinara terkekeh kecil kemudian duduk dikursi. Revan segera menyendokan nasi kedalam mie insan dimangkuknya, ia tidak bisa munafik bahwa ia sudah benar-benar lapar.

"Kelaperan banget kayaknya," cibir kinara kemudian menyendokan mie yang ada pada mangkuknya.

"Sedikit. Kamu ga pake nasi?" Tanya revan

Kinara menggeleng, "Lagi ga mau."

"Makan nasi ga bakalan bikin berat badan kamu naik seratus kilo," ucap revan mulai melahap makanannya.

"Emangnya aku segendut itu ya?" Tanya kinara mulai menyentuh kedua pipinya yang terasa menggempul.

"Siapa yang bilang kamu gendut?" Revan bertanya balik.

"Tadi apa?"

"Saya cuman bilang nasi ga buat kam--"

"Sttt iya-iya. Aku bakalan diet biar ga gendut!" Potong kinara kemudian melahap mie nya.

"Kamu ga perlu diet, kinar." Ucap revan seraya menyentuh punggung tangan kinara yang ada diatas meja.

Kinara reflek menghentikan kunyahannya dan melirik tangannya dan revan secara begantian. Semakin kesini entah kenapa rasanya semakin mendebarkan.

"Malah saya akan menyuruh kamu untuk makan banyak, kamu terlihat kurus." Lanjut revan tanpa melihat kinara yang kini berwajah merah seperti kepiting rebus.

Setelah acara makan selesai tangan revan masih menumpu diatas punggung tangan kinara.

"Biar aku aja yang cuci, mas kan tadi udah buatin mie buat aku." Ucap kinara kemudian melepaskan tangannya dari revan.

Kinara mengambil alih mangkuk mie dan beberapa piring kotor dimeja makan kemudian membawanya ke wastafel.

Revan meyungging senyuman kecil kemudian mengambil sesuatu disakunya, dengan gerakan pelan revan mendekati kinara berdiri dibelakangnya kemudian melingkarkan sebuah kalung dileher jenjang kinara.

Kinara melirik kalung itu dengan terkejut. Kalung yang sederhana namun benar-benar indah dan mewah.

"Hadiah untuk lukisan kamu kemarin," ucap revan sedikit berbisik. Deru nafasnya begitu terasa dileher kinara.

Kinara berbalik menatap revan dengan mata sendunya.

"Kenapa? Kamu ga suka?" Tanya revan cepat

"Kenapa harus kalung?" Tanya kinara balik
"Emang kenapa?"

"Aku ga pernah awet kalo punya perhiasan," jawab kinara jujur. Terbukti bahwa fitri sudah bosan membelikannya berbagai macam aksesoris dan perhiasan.

Revan terdiam, kemudian diam-diam melirik jari kinara yang polos tanpa cincin pernikahannya.

"Itu salah satu alasan kenapa kamu ga pake cincin pernikahan kita?" Tanya revan

Kinara mengangguk pelan.

"Maaf, tapi kamu bisa simpan kalung itu." Ucap revan. Ia kira semua perempuan sama akan merasa bahagia ketika mendapatkan emas dan perhiasan.

"Makasih," ucap kinara kemudian melesatkan kecupan singkat dipipi revan setelah itu kembali dengan kegiatan cuci piringnya tanpa peduli pada revan yang membeku mendadak.

Mas Dokter! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang