34. Merah jambu

798 131 3
                                    

Zenith PoV

Suara hiruk pikuk terus terdengar disekelilingku, rambatan cahaya yang benar-benar menyilaukan mata. Dentuman keras dari suara bass yang berada disudut ruangan. Pengap benar-benar pengap.
Aku menatap sekelilingku. Sangat ramai, bahkan lebih ramai daripada pasar yang beberapa waktu lalu aku kunjungi. Semua orang tampak cantik dan elegan. Memakai baju menawan dan hiasan mutiara-mutiara mahal, mereka memang tidak melihatku. Mereka sibuk menari didepan dan sampingku, kecuali seseorang yang saat ini tengah melirik ke mataku.

Jantungku berdegup kencang, baru sekarang aku merasakan tatapan mata gadis itu penuh arti ketika langsung beradu dengan mataku. Wajahnya begitu cantik dan bersih. Rambutnya begitu berkilauan dan senyumnya sangat tipis dan canggung.

“ A-Athanasia?”

Apa ini mimpi? Aku merasa aku tengah berada dalam mimpi yang sangat indah untuk saat ini. wajar saja, aku tidak tau apa-apa dan sudah berada di ruangan yang begitu besar bersama ribuan orang-orang yang sangat menawan dan mempesona. Seperti melihat pangeran dan Tuan putri sesungguhnya.

“ Maafkan saya, saya tidak sengaja menginjak kaki anda..”

Aku menoleh ke gadis yang berada didepanku, dia terlihat begitu risau karena sepatunya baru saja menginjak sepatuku. Ini tidaklah sakit, tapi kelihatannya dia benar-benar merasa sangat bersalah atas tingkahnya itu.

“ Tidak apa-apa. Ini tidak sakit kok..” Aku membalasnya dengan tersenyum, hanya saja dia terlihat begitu canggung saat berada didekatku.

Dia memang Athanasia, ari sosok manapun aku bisa menebak dengan jelas bahwa dia Athanasia. Athanasia de Alge Obelia. Putri mahkota kerajaan yang saat ini tengah melaksanakan debutante. Dan aku berada di acara debutante ini sekarang.

“ Ka-Kalau begitu, saya pamit dulu. Salam”

Dia membungkukkan badannya kepadaku dan beralih pergi, sementara aku masih terdiam ditempatku saat ini. apa ini benar-benar nyata? Aku bertemu Athanasia? Sungguhan? Di acara pesta?? Lalu dia juga menyapaku? KENAPAAA??

Kepalaku masih terasa pusing, beberapa kali aku selalu dihampiri rasa sakit ini. rasanya pundakku juga berat, tetapi untuk sekarang sudah mendingan. Aku hanya merasakan hawa panas disekelilingku, mungkin karena ini acara pesta jadi udara tidak leluasa masuk dari luar.

Sembari memegang kepala, aku berusaha mencari celah untuk dapat keluar dari kerumanan para pe dansa ini. musikknya membuatku sedikit mual. Ini terlalu bising untuk aku yang seorang penyendiri dan anti keributan sosial. Namun aku terhenti ketika melihat sebuah pita panjang yang terletak di lantai Aula dansa. Lalu aku mengambilnya karena mungkin pita ini jatuh ketika menari tadi. Tapi ini punya siapa?


“ Nona Magritha, apa anda tidak akan menari?”

Aku terkejut ketika seseorang menyapaku dari belakang, ternyata itu adalah Keito. Aku memutar tubuhku dan melihat kearahnya. Dia begitu tampan untuk saat ini. aku mengakuinya.

“ Daripada itu, bisakah kau membawaku keluar dari keramaian ini? aku butuh udara.” Balasku sembari merangkul tangannya. Ini bukanlah hal lazim bagi putri bangsawan. Walaupun mungkin bukan Keito yang mengescordku ke acara pesta ini tapi aku berhak memilih pendampingku sekarang.

“ Anda merasa mual..?” Ujarnya lagi lalu aku balas denga anggukan. Dia langsung mengajakku ke sebuah balkon yang berada di Istana Emerald ini.

Musik ballad sepertinya tengah dimainkan, melodi yang diputarnya begitu sama persis dengan melodi yang sering aku pakai untuk latihan dansa di Mansion kecil. Walaupun ada beberapa musik yang ditambahkan didalamnya tapi ini memang musik yang sering aku pakai.
Nadanya terdengar tenang, namun menghanyutkan. Aku yang saat ini berada di luar Istana hanya dapat melihat mereka berdansa di dalam. Aku memilih untuk berdiri di Balkon Istana yang menjorok keluar agar dapat menghirp udara. Didalam begitu pengap. Aku tidak mau masuk kesana saat ini. daripada itu aku lebih suka memainkan pita yang aku dapat tadi.

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang