36. Half moon

796 119 13
                                    

Pria bersurai putih itu membalik badan  bersama telapak tangan yang masih ia genggam. Matanya yang tersinari cahaya bulan hanya menatap kosong batu kerikil di taman Istana Emerald. Ingin dia menghela nafas kasar  dan menghampiri Zenith tetapi rasa bersalahnya masih ada. Bagaimana jika gadis itu malah kesal padanya dan menolak untuk kembali? Itulah yang dia takutkan.

Izekiel mulai melangkahkan kakinya meninggalkan area taman. Ia juga harus segera berada di Mansion saat ini karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan bersama Roger. Memilih untuk tetap disini bukan hal yang wajar, toh Zenith nanti bakalan pulang dengan Wilson.



“ Hei Bocah!!”

Sesuatu menghentikan gerak Izekiel, suara yang berasal dari teras samping Istana membuatnya menoleh cepat. Dengan mata yang sudah penuh lagi dia menatap heran ke arah semak-semak bunga mawar Istana. Siapa itu? dan ketika orang tersebut keluar, tatapan Izekiel berubah jadi datar.

“ Hah, malam yang dingin. Tapi aku rasa ada sedikit api disini..” Ujar pria itu lagi mempermainkan Izekiel yang sedikit terlihat kesal.  “ Bagaimana?”

“ Apa maumu?” Izekiel dengan tatapan sangar menoleh dengan sangat kesal. Dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan pria bersuari hitam legam itu saat ini. cukup hanya dengan menyinggungnya di Mansion waktu itu, sekarang tidak akan terjadi lagi.

“ Aku rasa kau sudah benar-benar tau. Apa kau bodoh? Bahkan aku bisa membacanya. “ Ujar Lucas lagi sembari merangkul tangan dan menoleh ke arah Taman Istana. Lalu secuit senyum semirknya keluar.

“ Dari awal kita bertemu, kamu sudah mengatakan hal yang aneh. Apa yang aku tau dan apa yang aku pahami. Aku tidak mengerti!! Tidak bisakah kita bicara terus terang saja?” Bentak Izekiel yang sudah mulai naik darah. Setiap kali mereka bertemu, hal yang akan dikatakan lucas adalah “apa kau tau?” bahkan Izekiel tidak mengenal orang didepannya saat ini.

“ Chimera itu, dia adalah pengganggu. Dan aku sadar kau juga mengetahuinya. Hanya saja kau sedikit bodoh!” Ujar Lucas lagi

“ Chi-Chimera?” balas Izekiel tertegun. Itu adalah ujaran yang sangat kasar dan menghina. Dan siapa yang sekarang dia bicarakan.

“ Apa keluarga Alphaeus hanya mementingkan perpolitikan? Ahh, aku rasa kau juga sibuk dengan dokumn sampahmu itu, hingga lingkunganmu tidak kau urus sedikitpun.” Lucas mengayunkan tangannya kearah Kursi yang tengah diduduki Zenith bersama Keito saat ini. lalu cahaya Ruby seketika keluar dari mata srigala.

“ Gadis Chimera itu.. sebaiknya kau bawa jauh-jauh dari Istana ini!!” Ujar Lucas lagi namun sekarang dengan wajah datar.


“ APA?!”

Scepat kilat, Izekiel meraih jubah Lucas dengan sangat keras, bahkan sampai Lucas tersentak kearahnya. Bersama tatapan sangar khas Izekiel dia melototi Lucas yang sudah membuang muka.

“ Jaga bicaramu Tuan, aku masih bisa tahan kalau kau bicara lantang padaku tapi aku tidak terima kalau Zenith kau bilang Chimera!!” ucap Izekiel dengan gemetaran. Dia benar-benar sedang menahan amarahnya. Entah itu amarah yang beberapa waktu lalu ia pendam atau amarah yang benar-benar muncul saat ini.

“ Keparat sialan, beraninya kau marah padaku” Lucas yang waktu itu masih dalam genggaman Izekiel seketika menghilang dari hadapannya dan berdiri di belakang Izekiel. Sangat terkejut, bahkan bukan main izekiel benar-benar terkejut dengan kesaksiaannya.

“ Aku bisa saja membunuhmu, tapi itu bukan tugasku. Hanya saja, Jika kau paham maka kau harus melakukannya sendiri. sebelum aku turun tangan” Ujar Lucas lagi dan kembali melihat taman itu. entah apa maksud lucas tetapi Izekiel seperti mengerti akan suatu hal. Dia hanya menelan ludah bersama keringat dingin di dahinya. Lalu kembali memutar badan menghadap pria yang ternyata adalah seorang penyihir.

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang