32. Bintik Hitam

828 133 15
                                    


Sebuah penilaian berpotensi kepada kesuksesan seseorang. Menilai dan memilah sesuatu yang akan kita pakai menjadikan kita lebih memperhatikan daripada sebelumnya. Kata-kata yang terlontar, sikap yang sering kita keluarkan, mimik wajah yang selalu kita banggakan akan menjadi percontohan bagi orang-orang yang memandang.

Layaknya Obelia,
Kota yang sekarang tengah menjadi percontohan bagi kerajaan tetangga, bahkan kebangsawanan yang jauh juga tengah mengidolakan Obelia. Tanah yang subur, hasil tani yang melimpah, para nelayan yang senatiasa menangkap ikan, berlian dari tambang, serta Sihir dan batu Manna yang bertebaran di Obelia.
Tutur kata Obelia juga menggambarkan bagaimana kepribadian Rakyatnya. Para penari yang senantiasa menghiasi jalanan kota Obelia, para pedagang yang berada di pasar, Penyihir yang sering mengayunkan tongkatnya di menara sihir, semua menggambarkan keindahan Obelia. Sangat indah.

Apalagi saat ini, semua diperindah dengan pita-pita warna warni disepanjang jalan menuju gerbang Istana Emerald. Pintu itu sekarang sudah terbuka lebar, siapapun dipersilahkan untuk memasuki Istana. Bahkan Rakyat jelata pun diperbolehkan melihat-lihat seluruh area istana Obelia.

Tentu saja, tak lain dan tak bukan adalah karena permintaan sang Putri Mahkota Obelia, Yakni Athanasia. Malam ini akan menjadi malam yang indah baginya, Debutante akan dilaksanakan malam ini hingga menuju pukul 12 malam. Semua gadis yang tengah berulang tahun tepat dihari itu, atau beberapa bulan ditahun itu diperbolehkan masuk dan ikut berdansa di Aula Istana Emerald.

Sore ini Istana benar-benar ramai, layaknya seperti sebuah pameran. Prajurit-prajurit istana sesekali melintas di area taman untuk memeriksa keadaan. Tak lupa dengan beberapa penyihir yang memantau dari empat sudut Istana. Bahkan para dayang juga sibuk mengurus putri-putri bangsawannya. Mereka benar-benar tak sabar untuk melihat Putri Mahkota Obelia yang sering dibicarakan itu.

..................







Kembali ke kediaman Alphaeus, Izekiel sudah bersiap dengan pakaian ala bangsawannya. Baju coklat berlipatan pita hijau yang dibaluti jas berwarna putih adalah baju kebanggaannya. Tak lupa, sepatu kulit bertuliskan Arlanta juga tengah dipakainya. Bukan anak bangsawan, dia lebih tepatnya seperti seorang pangeran untuk saat ini. bahkan kilauan cahaya perak dimatanya sungguh mempesona.

Pria itu sungguh tak sabar ingin bertemu dengan Athanasia, gadis yang beberapa kali kerap menghampirinya yang datang dengan cara tiba-tiba. Mungkin, itulah panggilan yang paling tepat
" malaikat, atau bidadari"

Izekiel masih saja tersenyum didepan cermin besar kamarnya itu. Gadis berambut pirang itu entah beberapa kali mengganggu pikirannya. Dari kecil, dan sekarang Malaikat itu masih menyapanya dengan rona merah dipipinya. Dan hari ini, Izekiel sudah siap untuk menyambut turunnya malaikat itu.


" Tuan muda Izekiel, Anda sudah dinanti oleh Tuan Alphaeus di kereta Kudanya.."

Izekiel menoleh kebelakang, dari luar pintu seseorang sudah memanggilnya untuk pergi ke Istana. Jantungnya berdegup kencang. Bagaimana dia akan merespon pertemuan mereeka nanti? Apa yang harus dia ucapkan terlebih dahulu ketika bertemu Athanasia? Izekiel masih bimbang dengan hal itu.

Izekiel membuka pintu kamarnya, namun dia tak pergi ke kereta kuda. Dia beralih pergi menemui adik perempuannya yang juga belum turun. Setidaknya untuk menemani Zenith dari rumah, dia bisa mengescordnya saat ini.








Tok tok tok..

" Zenith, aku masuk.."

Izekiel mengetuk pintu kamar adiknya itu, lalu beralih masuk kedalam. Dengan senyum menawan Zenith membalasnya dan menyapa. Zenith sudah memakai gaun pesta yang begitu lengkap. Rambutnya yang biasanya terurai sekarang menjadi lebih sedikit terikat dan kriting. Bahkan matanya berbinar seperti permata.

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang