57. 🍂 Done

486 84 26
                                    

Zenith menganggukkan permintaan Izekiel untuk mengantarnya ke Istana. Lagipula, pergi sendirian itu sangat membosankan. Apalagi tidak adanya teman bicara, membuat Zenith hanya beradu argumen dengan otaknya sendiri.

Waktu yang ditunggu akhirnya tiba. Kereta kuda telah berhenti tepat didepan dua orang yang akan pergi Ke istana sore ini.

Zenith dengan gaun coklat khasnya dan Izekiel yang memakai baju kebangsawanan berwarna abu-abu diam menunggu pintu kereta terbuka

" Bayangkan kalau ini adalah hari terakhirmu naik kereta bersamaku. Setelah ini tidak ada lagi" Izekiel bicara berbisik ke telinga Zenith yang berdiri disamping kanannya

Sontak Zenith langsung menatapnya dan heran

" Kenapa dari tadi kau selalu bilang terakhir, dan terakhir? Memangnya ada apa sih?" Balas Zenith tidak mengerti, sementara Izekiel hanya menggeleng dan tersenyum lebar.

Padahal Izekiel sudah memberikan banyak Isyarat tentang dirinya yang akan dijodohkan dan bertunangan dengan putri bangsawan kepada Zenith, tetapi gadis itu sepertinya tidak peka dengan isyaratnya.

Kelihatan sekali kalau gadis itu tidak mempedulikannya.

Pintu kereta itu terbuka, Izekiel meng-escord adik kesayangannya itu masuk kedalam ruang kereta yang benar-benar bagus dan nyaman. Setelah Zenith duduk, sekarang Izekiel juga masuk kedalam.

Kereta akhirnya kembali pergi meninggalkan Mansion Duke. Perjalan yang akan mereka tempuh ke istana Emerald tidak terlalu jauh. Hanya menempuh pasar sebentar, lalu menempuh kota Wilson dan akhirnya sampai di gerbang utama kerajaan.

Suasana sore ini begitu baik, langit yang cerah dan cahaya mentari yang merambat masuk ke jendela kereta sangat cantik.

Zenith mencoba memainkan rambatan cahaya itu ke tangannya. Sekarang tangannya disinari oleh cahaya matahari sore

" Lihatlah, bagus kan" Ujar Zenith pada Izekiel yang dari tadi memperhatikan gerakannya.

" Mmm"

" Cobalah, sangat seru memainkannya"

" Nanti saja, kau main saja sendiri"

Izekiel kemudian bersandar pada dinding kereta dan menopang dagunya. Kembali memperhatikan Zenith yang sibuk dengan cahaya itu.

" Zenith... Yang malam itu."

Zenith langsung terhenti dan terdiam. Raut wajahnya seketika berubah namun pandangannya belum beralih dari tangannya

" Aku minta maaf karena melakukannya tanpa se izinmu" Izekiel menyelesaikan ucapannya.

Zenith mengangkat kepalanya dan menatap Izekiel. Seutas senyum terpapar diwajahnya.

" Aku tidak mempermasalahkan itu sekarang, tapi mulai besok jangan lakukan lagi" Gumam Zenith dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.

" Kau marah padaku?" Tanya Izekiel lambat

" Sedikit, tapi hanya sampai malam itu. Sekarang tidak lagi" Balas Zenith lembut.

" Tidak, kau akan marah padaku" Izekiel membulatkan jawabannya. Merangkum semuanya tanpa tau apa yang dipikirkan Zenith.

" Kenapa marah?" Balas Zenith lagi. Terlihat raut wajah Izekiel lelah dan tidak bercahaya. Wajahnya lesu dan tatapannya penuh akan suatu hal

" Karena aku menyukaimu"


Lagi...
Sekarang Zenith seperti dihantui rasa bersalah karena tidak bisa menjawab pernyataan Izekiel. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Hampir tiap kali setelah malam itu Izekiel mengutarakan perasaannya pada Zenith. Tapi gadis itu sangat berat untuk menerimanya.

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang