27. Bintang

990 155 14
                                    



Malam ini sangat dingin, bahkan semua makhluk hidup yang berada di luar rumahnya pasti merasakan hawa dngin ini. menutup mentari yang bersinar terang tadi siang, sekarang langit dihiasi oleh bintang-bintang malam. Indah,

Di bawah sini, dua insan tengah berjalan beriringan bersama seeokor kuda yang menemani jarak mereka. Berjalan begitu lambat, padahal mungkin saja sang kuda sudah begitu bersabar menahan amarah karena dia ingin berlari cepat. Tapi setidaknya bermain dengan kunang-kunang juga sedikit menyenangkan.

" Kenapa kau berjalan dibawah? Naiklah.." Ujar Zenith yang tengah duduk di atas Kuda kepada Keito yang berjalan dibawahnya. Zenith mengulurkan tangannya tetapi pria itu tak menerima.

" Aku dibawah saja, sembari memegang tali kuda ini" Ujarnya dan kembali berjalan.

" kenapa kau seperti itu? memangnya kau kusir?" Balas Zenith lagi.

Keito hanya terkekeh kecil dan mengalihkan pandangannya, menatap danau yang terlihat begitu terang di saming kiri mereka.

" Katanya Nona mau melihat dunia diwaktu malam, makanya kita berjalan pelan. Kalau aku naik dan kudanya berjalan lambat itu akan membuat kudanya kesakitan" Gumam keito lagi kepada gadis yang duduk di atas kudanya.

" Cih, kenapa juga seperti itu. kita pulang cepat saja! Aku tidak mau kau kelelahan" Balas Zenith sembari mengubah posisi duduknya menghadap sang pria dengan kaki menjulai kebawah.

Mereka masih saja berjalan santai di antara danau dan hutan obelia, beberapa waktu lalu Zenith magritha meminta Keito untuk membawa dirinya kabur dari Mansion. Bukan kabur sih, lebih tepatnya bermain keluar. Kemanapun dia pergi toh tidak akan ada yang mencarinya dan mengkhawatirkannya.

Zenith meminta pria bersurai merah itu membawanya ke suatu tempat yang menyenangkan, tempat dimana adanya keramaian, banyak hal yang akan dibeli dan memiliki pemandangan yang bagus. Dirinya sudah bosan berada di Rumah yang sudah seperti kuburan itu. sangat menakutkan, sedikit gelap dan lembab serta sepi.
Oleh karena itu, Keito membawanya ketempat yang persis seperti yang diharapkan Zenith, yaitu tempat dimana dia bisa merasakan debaran jantung yang kuat, telinga yang nyaring dan nafas yang akan sesak karena asap makanan.
Yaitu pasar.

Begitu banyak kejutan yang berada disana, bahkan Zenith untuk pertama kalinya melihat pasar Obelia. Pasar yang begitu ramai dan indah, bahkan alun-alun kota berada ditengah pasar itu.

" Nona, apa kau menyukai pasar?" Ujar Keito pada Zenith yang tengah bermain bersama kunang-kunang.

" Suka, tempat itu begitu ramai dan menyenangkan. Hanya saja terlalu panas" Balas Zenith dan mengangkat gaunnya.

" Haha, tapi kan kita sudah ganti baju.." Balas Keito dengan wajah tenang.

Zenith membulatkan matanya, seraut wajah bahagia terpapar di wajah bundarnya itu.

" Keito, kapan-kapan kita melakukan itu lagi ya, aku menyukainya dan sangat menyukainya. Bagaimana bisa aku mengalahkan orang itu dengan sekali serangan? Bukankah dia ksatria? Bahkan dia ditakuti warga pasar" Lontar Zenith terhadap pria di bawahnya.

" Tidak bisa Nona, cukup sekali saja. Anda bisa terluka karna bermain pedang" Balas Keito sembari menutup mata. " Lebih baik anda bermain di danau itu" Ujarnya lagi dan memandang danau di samping mereka.


Beberapa waktu lalu, Zenith tertarik akan acara yang diadakan oleh orang-orang di pasar Obelia, yakni adu pedang. Sebuah teknik beladiri yang sering dilakukannya setiap hari bersama Keito.

Adu pedang merupakan serangkaian acara yang akan mempertemukan beberapa pendekar pedang yang dinobatkan sebagai pendekar ahli dari klannya atau desanya. Dan dibeberapa kesempatan, acara ini juga akan menjadi salah satu ajang mencari teman, memperbanyak sekutu atau menemukan informasi. Tetapi untuk yang dilakukan saat ini di pasar Obelia, ini hanyalah adu pedang bawahan yang hanya dilakukan oleh orang-orang obelia saja, hanya sebagai pertunjukan biasa.

Zenith ingin mencoba melakukan hal itu, beberapa kali dia membujuk teman akrabnya itu agar mengizinkan tetapi selalu ditolak. Alasannya sederhana, Anak bangsawan tidak boleh berada dalam kerumunan masyarakat. Akan ada rumor lain yang akan menjatuhkan kerajaan jika masyarakat melihat seorang putri bangsawan berkeliaran tanpa pengawasan prajurit kerajaan.
Itu juga bisa membahayakan diri Zenith sendiri jika dia ikut dalam acara itu. hanya saja, jika Zenith yang sekarang merupakan gadis lugu, pendiam dan penurut dia akan mengikuti ajakan Keito. Tetapi sekarang ini berbeda, tidak ada yang bisa melarangnya kecuali dirinya sendiri.

Zenith akhirnya memilih untuk menyamarkan diri menjadi gadis biasa dengan memakai pakaian ala budak yang tak pernah memakai gaun Bagus. Tetapi disamping itu, pedang yang melekat di pinggangnya malah membuatnya seperti seorang ksatria cilik yang tengah berpatroli. Apapun itu, Zenith berhasil menerobos masuk untuk menjadi salah satu peserta.

" Terserah saja, aku akan ikut jika acara itu diadakan lagi.." Ujar Zenith dan terkekeh kecil. Melihat hal itu, Keito hanya bisa memperhatikannya.

Kabut mulai turun di hutan itu, gambaran pemandangan danau yang tadi menghiasi jalan mereka sekarang berubah menjadi semak-semak belukar. Menyusup merupakan suau hal yang tidak menyenangkan.

" Mengapa kau menatapku seperti itu?" Ujar Zenith keika mengalihkan pandangannya kepada pria yang masih mengontrol seekor kuda.

Mata mereka seketika beradu, pria yang tadinya hanya menatap kosong sekarang berubah. Dia menatapnya penuh arti, bola mata abu-abu itu seketika bersinar dan berbinar. Gambaran seorang Gadis itu melekat pada irisnya.

" Cantik..." Gumamnya pelan.


" Ha..? kau bilang apa Keito?" Balas Zenith yang tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Keito dari bawah.

" Ahh, sudahlah."

UP.. HUP
KYAA..

Keito melompat naik ke punggung kuda, sekarang dia memposisikan tubuhnya untuk dapat duduk dengan baik diatas kuda. Mengingat ada perempuan yang duduk didepannya saat ini. mengguncangkan tali pengikat kuda itu, akhirnya hewan yang sangat dibanggakan tersebut berlari dengan begitu cepat menembus kabut malam dan meninggalkan hutan belantara.

" Kenapa sangat cepat?" Ujar Zenith ditengah dirinya yang berada hampir dekat dengan badan Keito.

" Anda ingin cepat, makanya aku cepat.." Balasnya dan masih berteriak HAA..

" T-Tapi kan tadi katanya pelan-pelan saja jalannya.." Ujar Zenith lagi. entah mengapa dia sekarang merasa gugup berada didekat temannya itu. entah apa yang membuatnya merasakan hal berbeda, apa mungkin karena tatapan tadi?

" Ada sesuatu yang mengikuti kita dibelakang.. karena itu kita harus cepat. Ini juga sudah malam" Balas Keito lagi disela-sela pengendaraannya.

" Benarkah?? siapa atau apa??" Balas Zenith lagi

" Embun.."

Keito tertawa keras sembari menunggangi kudanya. Candaan yang diberikannnya telah berhasil mengelabui gadis itu. bahkan membuat Zenith terpaksa memukulya disela-sela ketakutannya.

" SIALLL, Dasar Keito menyebalkan"












.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa Vote ya.
Kamsahapnida

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang