40. Kenapa?

678 115 8
                                    


Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang, akhirnya kami tiba di Kota Siodona, dihari ke 4 perjalanan dimulai. Jujur saja, ini lebih melelahkan daripada berpacu kuda 10 putaran. Rasa sakitnya sampai ke tulang rusukku karena terlalu lama duduk.

Siodona, kotanya para penari. Kabarnya kota ini sangat indah, begitu banyak objek wisata ditempat ini dan yang paling menonjol adalah pantainya. Siodona adalah kota yang berbatasan langsung dengan lautan lepas, memang benar Siodona adalah kota tepi pantai.

Sayangnya, kedatangan kami kesini tidak disambut baik oleh cuaca, tidak terlihat matahari sekarang. Aku tidak tau apakah ini masih siang atau sudah senja. Semuanya gelap, seakan akan turun badai besar disini.

Aku membuka jendela keretaku, memandangi tepi pantai yang sudah tidak berpenghuni. Semua orang sudah pulang dari bermainnya dipantai karena sebentar lagi akan turun hujan. Tidak baik juga bermain di tepi laut ketika cuaca buruk, paling berbahaya adalah ketika kita terseret oleh ombak pantai. Mengerikkan.
Aku beralih memandang kereta didepanku, saat ini aku sendirian didalam kereta. Athanasia berpindah ke kereta didepan karena sebelumnya dia begitu merajuk karena mendapatkan cuaca buruk di Siodona. Dia bilang ingin bermain dipantai, tapi Lily tak mengizinkan. Lalu dia tidak mau lagi naik kereta. Alhasil, Lucas merangkulnya dan membawanya ke kereta didepan. Apa sekarang dia baik-baik saja? Aku harap dia tidak bertengkar didalam sana.

" Nona, apakah anda kelelahan? Jika merasa kelelahan kita bisa berhenti sebentar" ujar Lily dari luar kepadaku.

" Tidak apa-apa Nyonya York. Saya baik-baik saja" ujarku dan membuka kaca yang menghubungkan antara keretaku dengan kusir didepan " Tapi, jika Nyonya York berkenan, maukah duduk bersama saya didalam?"

" Ah eh.. tidak usah nona Magritha. Saya diluar saja."

" kenapa? Tuan putri kan dikereta lain. duduklah didalam" ujarku lagi karena dia menolak untuk masuk. Yah dia kembali menolak lagi.
Kenapa dia tidak mau? Toh dia bukanlah seorang pelayan, dia adalah seorang putri bangsawan sepertiku dan tentu saja dia berhak masuk kedalam kereta.

Aku bersandar ke sandaran kereta, memandangi langit gelap diluar dan melihat beberapa rumah kecil yang berjejeran ditepi pantai. Tak lama, akhirnya kami melihat gerbang pintu masuk ke Kota Siodona, kota yang benar-benar kota. Begitu ramai bahkan juga memiliki aula tersendiri di kota ini. sangat cantik, warganya juga banyak dan disepanjang jalan dihiasi oleh pernah pernik khas Siodona.

Kereta kerajaan terus berjalan menyusuri kota dan membelok ke sebuah mansion besar diatas bukit. Terlihat mansionnya begitu besar dan bercahaya tetapi motifnya tidak seperti sebuah Istana. Itu adalah Vila kekaisaran yang dibangun puluhan tahun lalu. Terlihat sedikit tua tetapi aku rasa didalamya akan sangat megah, karena ini adalah kepunyaan Kaisar.

Kereta berhenti tepat dipintu masuk, yang pertama masuk adalah Athanasia bersama Lucas. Aku melihatnya turun dari kereta dan berjalan masuk kedalam. Disusul oleh para dayang dan yang terakhir adalah...

Aku.

Aku turun dari kereta, menginjakkan kaki ke karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga lantai atas. Ruangannya cukup besar, mirip seperti kediaman Alphaeus tetapi yang membuatku terkejut adalah, setiap dindingnya yang dihiasi tumbuh-tumbuhan kristal. Entah itu beneran tumbuhan atau pajangan yang tebuat dari Kristal putih. Juga ada lampu dinding yang menyala bak lampion. Sangat terang, inikah Villa kaisar? Menakjubkan.

" Nona, saya akan mengantar anda ke kamar anda" Ujar salah seorang pelayan terhadapku. Aku tidak membawa para dayang seperti Athanasia membawa lily. Aku hanya pergi sendiri. jika ditanyapun, aku tidak ingin merepotkan Rose. Dia sibuk di Obelia. Jadi aku pergi sendiri.

LADY MAGRITHA, ( Suddenly i Became a Princess, Chimera)  TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang