"Di mana ada kesempatan, di situ cowok tidak akan menyia-nyiakan."
Tigo baru saja mendaratkan bokongnya pada sofa yang mana di hadapannya terdapat Mama Papanya. Menatap intens serta menyirat marah. Tigo masih dalam pengaruh alkohol. Lantas Catur ikut duduk menemani Tigo-paling tidak menjadi mulut Tigo saat cowok itu di tanya tapi tak menjawab.
"Tigo!" panggil Bisma dengan kilat marah di ubun-ubun yang nyaris meledak. Kedua tangan di atas paha itu terkepal.
"Papa capek, Tigo. Kamu mau jadi apa kalo setiap hari kerjaanmu kayak gini. Berhenti menjadi berandalan yang bisa membuat nama baik Papa jadi buruk." Bisma menahan amarahnya.
"Mama kira kamu akan jauh lebih pintar dari Catur, mama kira kamu akan jadi anak yang nurut, mama nggak minta banyak, Tigo. Cukup jadi anak yang baik dan berhenti nakal. Mama udah enggak punya teman bisnis lagi gara-gara kamu!" Sandra yang awalnya berbicara pelan pun akhirnya meninggikan suara pada kalimat terakhirnya.
Tigo tak bergeming, posisinya terkapar dengan kedua mata yang terpejam, sesekali mengerang dengan gerakan tangan memijat kening. Catur diam, menyimak keluh kesah orangtuanya mengenai Tigo.
"TIGO KAMU DENGARIN PAPA!" Bisma bangkit. Secepat kilat lelaki itu berpindah tempat. Menarik kerah kemeja Tigo dan final. Wajah Tigo menjadi sasaran kepalan tangan Bisma. Ini bukan kali pertama Bisma memukul Tigo. Setiap kali ada pembicaraan seperti itu Bisma pasti akan mengamuk. Tentu saja geram melihat Tigo yang tidak merespons ucapan orang tua dengan baik.
"Kamu selalu buat papa melakukan ini, Tigo." Bisma mengatur napasnya. Menatap Tigo yang kini terjerembab ke lantai dengan ibu jari yang tak henti-hentinya mengusap sudut bibirnya. Berdarah.
"Kamu benar-benar ingin kami buang? Kamu ingin hidup bebas kan? Baiklah." Bisma bertolak pinggang.
"Pa, jangan lakukan itu. Tigo keluarga kita. Kita masih bisa bicarakan lagi kalo Tigo nggak lagi mabuk." Catur menyahut sembari menolong Tigo untuk berdiri.
"Nggak usah belain adik berandalan kamu ini, biarin aja dia pergi dari rumah ini, dia udah nggak butuh kita. Kalau dia butuh nggak akan bersikap buruk yang merugikan kita." Bisma mengelak.
"Tigo, mama mohon banget. Menurutlah, ayo mulai hidup yang baik, kamu masih harus menempuh pendidikan dan jadi orang sukses. Mama nggak bisa bayangin kedepannya kamu bakalan jadi apa kalau kamu kayak gini terus. Masa depan kamu masih panjang, Tigo." Sandra menyahut tenang. Amarahnya sudah bisa wanita itu kontrol dengan baik.
"Kalau kamu masih kayak gini, jangan harap kamu masih kita anggap keluarga. Jangankan sepeser uang, menginjakkan kaki di rumah ini pun nggak akan papa izinkan. Sekali aja kamu memilih keluar rumah dan tetap menjadi berandalan, kamu nggak akan ada kesempatan buat masuk rumah ini lagi." Tegas Bisma. "Dan, bersiaplah memiliki riwayat anak yatim piatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, CATURKU [ON GOING]
Teen Fiction[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR SEX EDUCATION] #2 - fiksiremaja [6/9/2021] #1 - catur [15/9/2021] #1- sexeducation [15/9/2021] #1 - bullying [20/11/2021] #2 - comeonrbc [15/9/2021] #3 - comeonrbc [16/9/2021] #1 - comeonrbc [18/9/2021] #7 - masasma [15...