02. Kanaya Berulah

8.5K 449 38
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kanaya berlarian di sepanjang koridor menuju kelasnya. Ia ingat dan paham pada dirinya sendiri bahwa ia sering kali lupa di mana letak kelasnya, tidak hanya sekali dua kali Kanaya salah masuk kelas.

Pagi ini ia dalam keadaan normal dan ingat apapun; tugas piket, tugas dua hari lalu yang harus dikumpulkan hari ini, dan kelas yang memiliki pintu sekaligus jendela berwarna biru. Tapi itu kelas Catur.

"Nay! Kelabasan! Mau ke kelas Catur ya?!"

Kanaya sontak menghentikan langkah larinya. Ah ia harus masuk ke kelas dan menaruh ranselnya terlebih dahulu.

"Lupa! Cindy aku nggak piket hari ini kan?" tanyanya dengan napas ngos-ngosan.

"Piket lo besok Nay, sini tas lo. Lo mau samperin Catur kan?" Kanaya mengangguk.

"Sana, jangan salah kelas ya Nay, kelas Catur yang ada pintu sama jendelanya." tutur Cindy.

Kanaya menggaruk pelipisnya ringan, "bukannya setiap kelas ada pintu sama jendelanya ya?"

"Ya iya lah, Nay! Nggak usah bingung gitu lo ih. Kelas Catur pintu warna biru, jurusan IPA ya jangan salah jurusan."

"Iya Cindy, makasih ya."

***

Kanaya nylonong begitu saja pada ruang persegi khusus rapat anak-anak osis. Dengan napas naik turun ia mendekati Catur tanpa rasa malu, padahal ia menjadi pusat perhatian semua anggota osis di sana.

"Catur, aku menstruasi. Tadi di jalan keluar gitu, aku harus beli pembalut di mana? Ini mens pertamaku." ungkapannya seketika membuat suasana ruangan menjadi sangat senyap.

Semua cengo, kecuali Catur. Ia yang profesional sebagai ketua osis tetap tenang dan berwibawa. Berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Kanaya.

"Beli di kantin, sedia pembalut di sana," ucap Catur lirih.

"Sakit perutnya, tadi aku bawa lari-lari, beliin kamu ya?" Catur menggeleng pelan. Sambil mengarahkan Kanaya pada pintu keluar.

"Aku lagi ada rapat Nay, nggak bisa di tinggal gitu aja. Sepuluh menit lagi kelar, kita lagi bahas agenda besok." ucapnya.

"Aku tungguin ya," ujar Kanaya dengan raut masam menahan sakit.

Catur membiarkan Kanaya di luar, berdiri memegangi perutnya. Catur hanya tidak ingin di anggap menyepelekan organisasi, mengingat kedudukanya sebagai ketua.

Kanaya memang kurang subur, ia tidak banyak bergaul. Kalau tidak mengenal Cindy entah bagaimana nasib Kanaya yang di kucilkan di kelas-karena sifat lugu dan bloonya. Lagian siapa yang mau berteman dengan cewek aga-ugu seperti Kanaya. Cantik sih, tapi bego.

Catur tidak tenang, pasalnya ia paham bagaimana kondisi awal pertama kali perempuan mengalami menstruasi. Tentu saja sakit dan nyeri pada bagian mulut rahim. Catur tahu karena ia anak IPA, dan sekarang ia kelas XI tentu saja mengenai hal itu sudah di luar kepalanya.

Begitu rapat selesai, Catur membiarkan anggotanya bubar terlebih dahulu. Ia membereskan map dan dokumen print proposal kegiatan yang akan mendatang.

"Ih darah apa nih!" pekikan dari luar.

"Kok ada darah sih, serem jangan-jangan setan."

"Pagi-pagi udah ada kayak gini, merinding jadinya."

"Darah segar, ini baru netes nih." seloroh yang lain.

"Astaga mending pergi yuk."

"Kak Catur! Ada darah nih!" serunya.

Dengan langkah lebar Catur keluar menemui anak-anak osis dari kelas sepuluh.

"Darah?" Catur mengamati bercak darah di ubin putih itu. Abstrak dan sangat mencolok. Di lihat dari warna dan semerbak bau yang Catur cium, ia paham itu darah apa.

"Ambilkan kain pel ya, Des." pinta Catur pada siswi berambut ikal itu.

Catur membersihkannya dengan tenang, dari pada menjadi praduga yang tidak-tidak dari mereka. Lebih baik Catur yang bertindak membersihkan.

***

Kanaya terisak-isak menunduk menutupi wajahnya. Ia duduk di kursi kantin seorang diri, di pangkuannya sebungkus pembalut yang di beli eceran pada warung Ibu kantin.

Ini pengalaman pertamanya, kalau tahu akan menstruasi seperti itu Kanaya tidak akan berangkat. Sakit pada bagian rahimnya membuat Kanaya susah bergerak. Punggungnya terasa keram, belum lagi bagian dada yang terasa membengkak.

"Nay, udah dibeli pembalutnya?" Catur datang. Langsung duduk di samping Kanaya.

Kanaya mengangkat kepalanya, ia menggeleng pelan. "Aku nggak tau cara pakainya. Rok aku udah kena darah banyak, aku nggak mau masuk kelas kalo kayak gini."

Catur menatap Kanaya datar, se-lugu itukan? Keluguan itu sampai-sampai membuat Kanaya seperti gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa. Memasang pembalut saja tidak tahu, kalau orang pintar ia akan membaca kemasan pembalut mencari petunjuknya di sana. Sayangnya Kanaya bukan tipikal demikian.

"Izin pulang aja, aku izinin." ujar Catur.

"Terus, rok aku gimana?" Kanaya sesenggukan. Ia menyeka air matanya.

"Aku pinjamin jaket buat tutup bagian rok yang kena darah," ujar Catur.

"Makasih, Catur."

Kanaya berjalan sangat pelan di belakang Catur, tasnya di bawa Catur. Ia sibuk mengatur langkah kakinya agar tidak menimbulkan rasa sakit pada perutnya.

"Ayo Nay, cepetan dikit."

"Sakit tahu!" sahut Kanaya kesal. "Kayak gini ya rasanya menstruasi."

"Tadi darah kamu sampai menetes di depan ruang rapat, untung aku cepat-cepat bersihin. Jangan ceroboh lagi ya Nay," ujar Catur sembari menggandeng tangan Kanaya.

"Iya Catur, maaf."

"Besok kalo masih sakit perut, jangan berangkat sekolah dulu. Aku tahu awal mensntruasi itu emang sakit perutnya nggak bisa di sepelekan."

"Pengin dielus-elus perutnya, sakit." ungkap Kanaya seraya mengelus perutnya dari balik seragam.

"Nanti sampe rumah minum obat biar nggak terlalu sakit."

"Kata Cindy kalo lagi pms enakan di elus-elus pacar perutnya."

"Nggak juga Nay, minum kiranti lebih sehat terus mengurangi rasa sakit."

"Tapi enggak suka."

"Nay, jangan berulah lagi ya. Kalo aku lagi rapat kamu jangan asal slonong gitu aja, nggak sopan juga."

"Tadi aku nggak tahan, sakit banget."

"Lain kali lebih sopan lagi ya Nay, panggil aku dulu nggak pa-pa."

Kanaya termangu, ia mengangguk pelan. Entah kenapa kalimat Catur malah membawa dampak sakit hati bagi Kanaya.

TBC.

Sweet Heart, Istiayu

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang