07. Tingkat Kepolosan Kanaya

3K 180 15
                                    

"Ternyata hatinya begitu tulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata hatinya begitu tulus. Tuhan, jangan sampai aku menyakitinya. Kehilangannya sama saja tersesat dalam rumitnya semesta." - Kanaya Fradilla Nasution.

"Permisi..."

Catur berdiri di depan pintu mansion mewah kediaman Kanaya beserta keluarganya. Kemarin Catur tidak sempat ikut masuk ke rumah Kanaya saat ia mengantarnya lantaran Kanaya sudah absurd mengenai pertanyaan 'kenyal' . Pukul 07.00 WIB, Catur memberanikan diri datang menemui orang tua Kanaya.

Untuk dua alasan kenapa Catur datang. Pertama, karena ia ingin kenal orang tua Kanaya, ingin tahu bagaimana cara mereka menyambutnya nanti. Dan sekadar mengobrol mengenai Kanaya saat di rumah seperti apa. Kedua, karena Catur merasa bersalah sudah meninggalkan Kanaya siang tadi. Sebagai lelaki yang bertanggung jawab, tentunya ia tidak tega, apa lagi Kanaya masih lugu. Catur berharap gadisnya sampai rumah dengan selamat.

"Permisi, Om, Tante..."

"Iya... Sebentar," lengkingan itu menggema. Catur menarik napasnya dalam-dalam, mengembuskan perlahan menstabilkan rasa groginya.

Ini first time bertemu camer, doakan ya, Catur itu tipikal yang mudah grogi, meskipun ia ketua osis di SMA-79, tidak menutup kemungkinan public speakingnya lancar. Kalau di depan anggota-anggota osis jelas ia percaya diri, entahlah untuk nanti.

"Silahkan masuk, ehh? Siapa ya?" seorang wanita setengah baya dengan pakaian piyama. Rambutnya tergelung rapih. Mirip sekali dengan Kanaya, ah terbalik, jelas Kanaya yang mirip dengan wanita itu.

"Saya, Catur, pacarnya Kanaya." Catur tersenyum simpul. Mengangguk tanda ia menghormati wanita di depannya.

Felisa, si Mama muda yang gemar dengan sosialita masa kini, keningnya berkerut banyak. Mengamati Catur dari atas hingga bawah. Tatapannya tidak menakutkan, justru seperti sedang memuji Catur lewat pengamatannya.

"Oh jadi ini pacar Kanaya, mari masuk, tapi Kanaya sudah tidur," ujarnya ramah.

"Kalau, Om, ada nggak, Tante?" tanya Catur.

"Ada kok, Papanya Kanaya kalau jam tujuh pasti udah stay di rumah, ayo masuk aja." Pintu bercat putih itu di buka lebar. Tak apa Kanaya sudah tidur, toh tujuannya datang bukan hanya untuk Kanaya saja.

"Papa... Ada tamu nih!" seru Felisa menengadah pada lantai dua, jejeran pintu itu Catur amati. Lalu ia duduk dengan sedikit canggung.

Suara pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki bertubuh kekar. Pakaiannya juga sudah serasi dengan Felisa, piyama satin berwarna navy.

"Wah siapa nih, teman Kanaya ya?" ucapnya ramah. Kedua orangtua itu duduk bersebelahan. Saling melempar senyum untuk Catur.

"Saya Catur, Om, pacar Kanaya." Herdi membulatkan bibirnya seraya memasang raut kaget serta takjub.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang