Makasih banyak udah baca cerita sederhana ini❤❤
Selamat membaca dan menikmati sisa-sisa part menuju ending🙏🏻🤗
***
Cindy menghela napas lelah. Pagi ini ia bimbang, merasa bosan dan ingin bebas dari rasa pusing yang belum sembuh dari semalam.
Ini sudah hari ke dua ia tinggal di kontrakan sederhana yang suasananya sepi. Tetangga kontrakan tampak acuh namun juga menunjukkan tatapan tidak suka terhadap Cindy. Semalam Kanaya dan Catur menjenguknya. Itu cukup membuat Cindy merasa di perhatikan.
"Kangen sekolah," ucapnya lirih. Ia menunduk mengusap perutnya yang masih rata. "Mual banget. Ternyata kayak gini ya rasanya hamil."
Cindy bergerak menuju teras rumahnya dengan langkah malas. Ia ingin sekadar mencari udara segar di pukul 07.00 pagi.
Sontak, cewek itu dikagetkan oleh seseorang yang dari kemarin ia tunggu kehadirannya namun juga benci. Cindy memundurkan langkahnya. Ia menggeleng pelan dengan raut ketakutan. Tapi di sisi lain, ia ingin meraih tangan itu dan menuntun ke janin yang ada di perutnya.
"Lo ngapain di sini?" ucapannya menusuk. Bukan itu yang Cindy mau. Tapi akhirnya ia terpatung di tempat. Netranya menahan genangan air mata.
"Tahu dari mana aku ada di sini?" sahut Cindy.
"Ada lah. Lo belum jawab, kenapa lo tinggal di sini?" tanyanya dengan raut datar.
"Aku di usir sama mereka." Cindy menunduk.
"Kenapa bisa di usir?" tanyanya.
"Karena aku hamil, anak kamu." jawab Cindy mendongak. Meloloskan air matanya.
Dia— Ajis. Menatap datar tanpa ekspresi kaget dengan kehamilan Cindy.
"Terus?" sahutnya.
"Kamu nggak berniat bantu aku?" ujar Cindy.
"Gue harus ngapain? Gue ke sini juga mau nyuruh lo gugurin kandungan itu. Gue nggak akan tanggungjawab. Kita masih anak-anak, nggak mungkin kan tiba-tiba nikah?" ucapnya.
"Ajis kamu jahat, kamu tahu nggak? Aku juga udah berusaha gugurin. Tapi mereka dukung aku buat pertahanin janin ini, aku juga nggak mau kayak gini. Emangnya cuma kamu doang yang terbebani sama masalah ini, aku yang dirugikan." ungkapnya dengan emosi tertahan. Ia tidak cukup berani menentang dengan sikap Cindy yang biasa bar-bar.
"Nggak peduli. Intinya lo harus gugurin."
"Ajis," panggilnya dengan isak tangis. Cindy meraih tangan Ajis. Bahunya bergetar akan tangisan. Ia menunduk kalut. "Kalau emang kamu nggak mau tanggungjawab, nggak apa-apa. Tapi tolong, jangan pandang aku seolah-olah aku murahan. Kita melakukannya juga bareng-bareng, aku udah pasrah sama janin ini, walaupun aku juga merasa terbebani. Tapi semua udah terjadi kan?"
Ajis mengeraskan rahangnya. Cowok itu menatap tajam penuh amarah. "Lo maunya gue ngapain?"
Cindy menunduk. Ia mengusap pipinya. Lantas memeluk tubuh jangkung Ajis. Cewek itu menumpahkan segala rasa rindu, sayang dan benci yang bertarung dalam jiwanya. Perasaannya terhadap Ajis masih sama, namun juga menyakitkan.
"Makasih buat semuanya, Ajis. Kamu tahu kan sesayang apa aku ke kamu? Walaupun akhirnya kita berbuat kesalahan, tapi itu nggak buat aku sepenuhnya benci sama kamu. Kamu salah, aku juga salah." ungkap Cindy. Ia mengurai pelukannya. Menatap Ajis sendu. "Aku ikhlasin semuanya. Aku bakal hidup mandiri dan baik-baik aja kedepannya. Aku nggak akan minta kamu tanggungjawab. Tenang aja, aku pasti bisa rawat anak ini sebisaku. Selamat menjalani hari-hari baik ya, Ajis."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, CATURKU [ON GOING]
Novela Juvenil[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR SEX EDUCATION] #2 - fiksiremaja [6/9/2021] #1 - catur [15/9/2021] #1- sexeducation [15/9/2021] #1 - bullying [20/11/2021] #2 - comeonrbc [15/9/2021] #3 - comeonrbc [16/9/2021] #1 - comeonrbc [18/9/2021] #7 - masasma [15...