22. Nggak Bilang

1.1K 80 33
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KALIAN BACA CERITA INI RECOMEND DARI SIAPA? / TIBA-TIBA NEMU DAN ISENG-ISENG BACA?

TIM GENG CENTIL / WENDA-CINDY?

KANAYA-TIGO / KANAYA-CATUR?

Happy reading❤

“Kalau kamu nggak suka aku deket sama cowok lain; ketika aku bersama yang lain paling tidak tunjukkan rasa tidak sukamu. Beri tahu aku seperti apa marahmu. Ajari aku bersikap lebih peka dengan diammu.” Kanaya.

Catur berlarian di bawah sisa-sisa rintik hujan. Ia belum juga menemukan Kanaya. Catur menyugar rambut basahnya. Cowok itu nyaris frustasi kehilangan jejak Kanaya. Secepat itukah gadis itu berlari tadi? Padahal kalau di ingat belum ada setengah jam Catur berdiam diri membiarkan tubuhnya kuyup.

"Lo di mana, Nay?"

Catur berjongkok, meletakkan kedua tangannya menutup kepala. Ia lelah, sangat. Tujuannya ke rumah Kanaya memang benar-benar ingin bertemu Kanaya dan membicarakan perihal ciuman itu. Tapi Catur mendadak menebalkan dinding egonya ketika Kanaya mengucapkannya secara langsung.

Catur yang mengajari Kanaya untuk selalu bicara jujur, selalu terbuka apapun masalahnya. Dan sekarang, kejujuran Kanaya membuatnya tidak berdaya.

Catur menatap paving yang basah akan rintik hujan, setia memandangi dengan lamunan. Seketika merasa ada yang berbeda dari rintik yang terjatuh. Butiran itu membesar, buru-buru cowok itu mendongak memastikan apakah langit menangis kembali?

Ternyata bukan. Di sisinya, berdiri seorang gadis mungil yang basah kuyup. Namun sudah jauh lebih baik dari pada keadaan Catur sekarang. Payung kecil itu menaungi keduanya walaupun percuma, rintik hujan masih bisa mengenai sisi wajah Catur.

Gadis itu ikut berjongkok, tangan mungilnya terulur memegang pipi Catur yang dingin. Sangat kontras dengan desir hangat pada telapak tangan kecilnya.

"Maaf baru datang, dari tadi aku nyari toko buat beli ini." Kanaya menatap payung kecil berwarna biru muda dengan gambar doraemon di sana. Bibirnya sedikit mengerucut. "Kita pulang yuk, nanti kamu sakit kalau bajunya basah gini. Atau nggak kita nyari penjual wedang jahe?"

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang