Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, akhirnyabisamenyapalagisetelahsekian lama nggak update.
Ada yang kangensamaKanaya?
KangensamaCatur?
AtausamaBimodanWildan yang otaknyaomes haha
Thanks buat kalian yang udahmampirbaca, vote dankomen. Janganlupa share ketemen-temen ya. Ceritainibukanbermaksud ++ bangetkok, ada sebabakibatkenapaakuciptaincerita yang berkedokdenganjudulDIA, CATURKU
Happy reading!
***
"Catur, kok aku di gandeng kayak anak kecil sih? Tumben juga kamu jemput aku, kamu lagi kenapa?" Kanaya mendongkak menatap Catur yang jauh lebih tinggi darinya.
"Nggak pa-pa, Nay. Pengin aja, kan aku jarang antar jemput kamu, dan ini..." Catur mengangkat genggamannya pada tangan Kanaya. "Ini nggak akan aku lepas sampai kamu masuk kelas."
"Loh kenapa? Biasanya kamu nggak mau gandeng-gandengan, kata kamu sekarang truk udah gak ada yang gandengan." Kanaya bersungut kesal, bibirnya mengerucut menambah kesan lucu pada wajah polosnya.
"Nanti kamu tahu, Nay. Jangan dilepas pokoknya ya."
"Kan kamu yang gandeng aku, ya tergantung kamunya lepas apa enggak kan?" ujar Kanaya.
Catur tersenyum sembari mengacak puncak kepala Kanaya. Catur mempersiapkan kemungkinan terburuknya. Ia yakin berita minus tentang Kanaya kemarin akan tersebar cepat. Maka dari itu, Catur sigap menjadi pelindung gadisnya dari pertanyaan-pertanyaan yang nanti akan menyerbu. Dan benar, bukan pertanyaan melainkan cibiran.
"Eh Naya! Nggak malu lo?"
"Oh jadi ini yang katanya di grepe-grepe sama Tigo?"
"Anjrot macem anak TK kayak dini di gas sama Tigo? Emang ya selera Tigo yang unyu-unyu kayak bayi tikus."
"Heh lo nggak malu? Apa yang di grepe?"
"Enak nggak?"
Catur menghela napasnya, sudah ia duga. Segera ia mengeratkan genggamannya pada tangan Kanaya. Menarik pelan agar Kanaya berlalu dari mereka. Namun Kanaya malah menolak dan menantang mereka.