55. How?

1K 87 9
                                    

Hallo! Udah lama nggak update di lapak ini, btw udah jarang banget buka wattpad. Jadi bukan cerita ini aja yang telat update, ceritaku yang lain juga digantung semua haha.

Mau tau aja. Masih adakah yang antusias nunggu Kanaya-Catur update?

Tapi jangan lupa siapin hati buat part ending ya.

Buat pembaca ceritaku yang lain pasti tau dong kayak gimana aku kalo bikin ending haha.

Happy reading🌼🌺🍁

***

"Om, sehat kan?" tanyanya dengan raut ceria. Duduknya tampak anggun namun juga sopan.

"Sehat, kamu lagi sibuk apa?" sahut laki-laki berkacamata bulat itu.

"Naya lagi sibuk rawat nay nay, terus kucing, ikan cupang juga. Seru banget loh, om." ucapnya ceria.

"Terdengar menyenangkan, tapi nggak lupa belajar kan?" sahutnya.

"Naya selalu belajar kok, om." jawab Kanaya.

"Bagus deh, kamu mau lanjutin kuliah di mana?" tanyanya.

"Naya belum kepikiran kuliah, om. Naya masih kelas satu SMA. Tapi kata papa, Naya nggak boleh kuliah jauh-jauh." jelasnya.

"Catur mau saya kuliahkan di Inggris." Kanaya reflek terpelongo. Cukup kaget dengan ucapan Papa Catur mengenai pendidikan yang sangat jauh.

"Inggris? Jauh, om." ucap Kanaya sebisa mungkin tersenyum walaupun hatinya tidak akan rela jika Catur jauh dari jangkauan matanya.

"Ya nggak pa-pa, soalnya dia akan mewarisi jabatan saya nantinya. Jadi dia harus punya bekal yang hebat, dengan kuliah di Inggris misalnya." ujarnya.

"Kenapa harus di Inggris, om?" tanya Kanaya lirih. Ia mulai tidak nyaman mengobrol dengan papa Catur. Padahal sebelumnya Kanaya senang dan tidak ingin menyudahi obrolan yang ditanggapi dengan antusias.

"Kamu nggak mau jauh dari Catur ya?" Laki-laki itu mengulas senyum. "Ini tentang pendidikan dan karir Catur. Bukan bermaksud pisahin kalian, tapi Catur juga pasti punya cita-cita kuliah di sana, dari SMP dia udah merencanakan masa depannya." cecarnya.

Kanaya tersenyum samar. "Naya selalu dukung Catur kok, om. Lagipula itu buat pendidikan Catur, buat masa depan Catur. Jadi Naya bakalan ngertiin keputusan ini, Naya nggak akan sedih kok."

"Kamu anak baik ya, pantesan Catur sayang banget sama kamu. Belajar yang rajin ya, harus jadi perempuan hebat." ungkapan itu membuat Kanaya tersipu namun juga sedih.

"Naya pengin pulang, Catur masih lama nggak, om?"

"Kurang tahu, saya panggilin ya."

Laki-laki itu gegas menuju ruang kerjanya. Dimana Catur sedang mengerjakan tugas menggukan komputer Papanya. Untuk ujian mendatang, Catur mulai sibuk dan tentunya Kanaya terduakan. Tapi gadis itu tidak egois. Bahkan hari ini, Kanaya sampai menunggu Catur di rumahnya, walaupun di detik-detik Kanaya suntuk, ada obrolan yang membuat moodnya menjadi buruk.

"Ayo, Nay, maaf kalau nunggu lama." Catur datang dengan raut lelahnya. Cowok itu bahkan tidak fokus pada Kanaya. Sibuk mencari kunci motor dan jaketnya.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang