"Kita balikan ya?"
Kanaya terpaku dengan gemuruh di dadanya. Gadis itu masih ragu namun juga ingin hubungannya kembali seperti semula. Dilema membuatnya memalingkan wajah. Bersamaan dengan itu, Tigo datang. Tanpa basa-basi, cowok itu memisahkan keduanya.
"Gue nggak ngebolehin kalian balikan. Lo masih ingat tujuan lo nggak?" tukasnya dengan wajah marah. Ia menarik lengan Kakaknya lantas menepis kasar. Ditunjuknya wajah Catur. "Lo balikan, sama aja lo bakal buat dia bergantung lagi sama lo. Inggris menanti lo kalau lo lupa, Tur." papar Tigo.
Kanaya seperti di sambar kilat. Matanya melebar dengan gerakan menjauh dari hadapan Catur. Apa tadi? Inggris?
"Go, kali ini aja, jangan ikut campur sama kepentingan gue. Naya segalanya di hidup gue." ungkapnya tulus seraya menggenggam tangan Kanaya.
"Payah lo, gue bilangin papa ya?" ancamnya. "Lusa lo udah harus ke Inggris, gue nyuruh lo nyamperin Naya bukan buat ini, tapi buat pamit." ujarnya.
Catur berdecak. Ia menoleh pada genggaman tangannya. Lalu beralih menatap Kanaya. Ada kilat kesedihan di sana. Namun Catur yakin, setelah mendengar ucapan Tigo, gadis itu akan membenci Catur lagi.
"Lo pasti ngerti maksud gue, Tur. Bukannya jahat. Tapi lo emang harus tegas." ucapnya terus terang di hadapan Kanaya.
"Tigo, lo boleh pulang duluan." sahut Catur lirih. Ia meredam emosinya yang nyaris meluap.
"Gue nunggu lo." tegasnya.
"Pulang." tekan Catur. Kedua matanya melotot ke arah Tigo.
"Tolol!" tukas Tigo tepat di depan wajah Catur. Setelah itu, ia melirik Kanaya. "Lo, jangan manya-menye jadi cewek. Balikan aja sonoh, besok kalau Catur pergi jangan nangis-nangis ke gue." ungkapnya penuh penekanan.
Catur memejam. Menahan napasnya beberapa detik, ia hembuskan secara kasar. Sontak, ia mengeratkan genggamannya pada tangan Kanaya. Jemari itu menjadi dingin disertai gemetar. Catur tahu, Kanaya takut akan ucapan Tigo.
"Jangan di dengerin, Tigo cuma bercanda." tuturnya lirih.
"Ke Inggris?" tanya Kanaya.
"Nay, aku nggak mau bahas itu di sini, apalagi kita baru aja bisa ngobrol, baru ketemu lagi setelah berhari-hari saling menjauh. Aku minta tolong, kali ini aja, hanya untuk obrolan kita berdua."
Kanaya menggeleng lemah. Ia menahan air matanya. "Obrolan yang aku mau, tentang Inggris. Silakan jelaskan."
"Kanaya," panggilnya lembut namun terdengar menyedihkan.
"Aku setuju sama Kak Tigo, kita nggak usah balikan, kamu mau pergi jauh, nggak sebentar kan? Aku nggak mau hari-hari aku nangisin kamu yang nggak bisa aku gapai lagi. Aku ngerti kenapa Kak Tigo kayak tadi, jadi nggak perlu kamu paksain hubungan ini kembali lagi."
"Memangnya, dengan kita nggak jadi balikan, dengan aku yang tetap akan berangkat ke Inggris, itu nggak akan buat kamu sedih? Aku kenal kamu, Nay." ujar Catur.
"Tapi lebih baik nggak usah kan? Supaya aku nggak banyak berharap sama kamu. Nggak enak hubungan jarak jauh, kamu ngerti kan, Catur?" sahut Kanaya yang akhirnya menderaikan air matanya.
"Iya, nggak enak, kamu pikir selama ini kita bukan hubungan jarak jauh? Tanpa sadar kita saling menjauh, saling menyakiti. Mau sampai kapan?" Catur memegang kedua bahu Kanaya.
"Seharusnya kita nggak bertemu lagi seperti ini, Catur. Aku udah terbiasa tanpa kamu. Tapi semua mendadak berubah lagi saat kita nggak sengaja bertemu di sini." ucap Kanaya.
"Jadi, seharusnya kita nggak usah bertemu? Memangnya kamu nggak kangen, Nay? Kamu nggak ngerasain kehilangan seperti apa yang aku rasain?"
Kanaya menggeleng. Menegaskan perasaannya untuk saat ini. "Nggak ada semacam itu. Aku udah fokus sama sekolahku. Tahun depan aku mau ikut OSN, dari sekarang aku menyiapkan materi-materinya. Dan, seharusnya kamu nggak merusak hapalan rumus-rumus di otakku, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, CATURKU [ON GOING]
Novela Juvenil[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR SEX EDUCATION] #2 - fiksiremaja [6/9/2021] #1 - catur [15/9/2021] #1- sexeducation [15/9/2021] #1 - bullying [20/11/2021] #2 - comeonrbc [15/9/2021] #3 - comeonrbc [16/9/2021] #1 - comeonrbc [18/9/2021] #7 - masasma [15...