56. Mengerti

872 71 47
                                    

Hai! Happy 36k for 'Dia, Caturku'❤❤

Notipnya jebol, kalian dapet rekomendasi cerita ini dari siapa/mana?

Tiba-tiba rame vote, kaget aja but i'm happy🥰

Thanks for support🌈🦄🐰

Tenang aja, kayaknya nggak akan ending hahahah. Masa nggak ending, udah baca aja, soalnya cerita ini just fun and some education about sex, jadi semoga setelah baca cerita ini kalian; perempuan, bisa jaga diri baik-baik ya🌺🌺

***

"Ngapain lo bengong?" Tigo menepuk pundak kakaknya cukup kasar. Cowok itu tertawa dengan ekspresi kesal Catur yang sejak tadi murung.

"Ketuk pintu sebelum masuk kamar orang lain, sopan sedikit." tegur Catur dengan raut tidak ramah.

"Lo kenapa, Pak? Sensi amat, datang bulan ya?" ledek Tigo dengan tidak berdosanya merebahkan diri di kasur yang masih rapih. Bahkan pemiliknya saja belum menyentuhnya.

"Mau ngapain?" tanya Catur datar. Ia yang posisinya di sisi jendela kontan melirik sinis.

"Y-ya nggak ngapa-ngapain, bukanya gue udah biasa gini ya? Ke kamar lo tiba-tiba terus tiduran saat pemiliknya nggak ada." jawabnya santai.

"Kamar lo kenapa sih?" Catur mendekat menimpuk wajah adiknya menggunakan bantal.

"Males gue ah! Kamar orang lain tuh bikin betah. Apalagi kamar lo, bawaannya pengin nginep tiap malem di sini," ujarnya cengengesan.

"Asal jangan kamar cewek yang lo datengin." tukasnya reflek membuat Tigo bangkit lalu melotot kesal.

"Anjir lah, gue udah tobat." ucapnya.

"Berarti sebelumnya lo sering masuk kamar cewek?" tanyanya sembari duduk si sisi Tigo.

"Sering sih enggak, pernah doang." Tigo terkikik memasang wajah tidak berdosa.

Catur menghela napas, tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya itu. "Gimana kabar Cindy?" tanyanya.

"Oh baik dong, gue barusan ke saja. Eh anjir dia nyidam minta martabak lima box, belum seblak, tahu isi, gila sih." gerutu Tigo dibarengi gerakan menggesek-gesekan kakinya ke guling.

"Lo beliin kan?" Tigo reflek mengacungkan jempolnya.

"Aman, bos. Sampai abang-abang cilok gue panggilin, kurang baik apa gue?" ujarnya bangga.

"Gimana rasanya punya perasaan kasihan ke perempuan?" pertanyaan Catur membuat raut wajah Tigo berubah datar. Sejenak, Tigo termenung. Membenarkan letak duduknya lebih tegak bersandar mendongakkan kepalanya.

"Sekarang udah ngerti kan?" imbuh Catur.

"Maksud lo apa?" sahut Tigo datar.

"Lo belum pernah se-perhatian ini ke perempuan, jangankan perhatian, punya rasa kasihan aja lo enggak kan? Tapi Cindy beruntung, bisa menjadi perempuan pertama yang mendapatkan perhatian lo." ungkap Catur.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang