Kasih alasan kenapa kalian mau baca cerita ini dan nunggu update.
Udah share ke temen-temen belum?
Ajak mereka baca cerita ini juga, biar kenal Catur wkwk.
Happy reading!
***
"Dunia ini seakan dipenuhi oleh orang-orang jahat berkedok baik, kamu yang bertindak-tunduk baik semoga tidak berkeinginan menjadi munafik."
Kanaya terbangun saat rasa nyeri pada kepalanya terasa menusuk-nusuk. Saat kedua matanya terbuka, barulah Kanaya merasa bukan hanya kepalanya yang berdentum nyeri. Tapi sekujur tubuhnya. Terlebih pada area intinya.
Kanaya terkesiap, ia duduk dengan susah payah. Lantas ia menyadari tubuhnya sudah terbalut dress longgar berwarna tosca. Kanaya mensejajarkan kedua kakinya. Ia menatap sekitar, ruangan itu tampak asing.
"Shh...sakit banget," keluhnya saat ia berusaha menurunkan kedua kakinya dari ranjang. Tapi usaha itu justru membuat Kanaya reflek menangis lantaran menahan rasa sakit yang sangat tidak ia kenali di bawah sana.
"Aku kenapa?" tuturnya lirih. Kanaya terisak-isak. Meraba area intinya dari balik dressnya. Kanaya memejam merasakan nyeri bercampur sakit. "Kenapa, kenapa sakit banget." Kanaya menunduk takut.
"Lo udah sadar, gue mau antar lo balik," ungkapnya membuat Kanaya sontak mendongak dengan buncahan air mata.
"Kak Cecil?" sahut Kanaya. "Aku ada di mana kak?"
"Di rumah gue, btw lo bisa jalan nggak? Gue tunggu lo di mobil, gue nggak mau nampung lo di sini, lo harus pulang sekarang." perintahnya tegas. Rautnya datar namun sarat akan keseriusan.
Kanaya menggeleng lemah, ia mengulurkan tangannya pada Cecil. "Kak, aku nggak bisa jalan, sakit banget." ungkap Kanaya disertai tangisan.
Cecil memutar bola matanya, ia mendekat menerima uluran tangan Kanaya. "Buruan gue bantuin, jangan lelet. Gue masih banyak urusan lain."
"Kak Cecil yang selamatin aku dari mereka?" tanyanya lirih. Ia tertatih-tatih di rengkuhan Cecil menuju mobil. Merasakan ngilu dan sakit yang berkabung menjadi satu.
"Hm,"
"Kenapa Kak Cecil mau bantuin aku? Bukannya Kak Cecil benci sama aku ya?"
"Gue nggak mau Tigo berurusan lebih lanjut sama Catur dan orangtua lo. Nggak usah terlalu percaya diri."
Kanaya mengulum senyum. "Makasih Kak Cecil, kalo nggak ada Kak Cecil aku nggak tau nasibnya gimana."
Cecil mendudukan Kanaya di kursi samping kemudi. Lalu ia menutup pintu dan bergegas tancap gas mengantarkan Kanaya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, CATURKU [ON GOING]
Teen Fiction[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR SEX EDUCATION] #2 - fiksiremaja [6/9/2021] #1 - catur [15/9/2021] #1- sexeducation [15/9/2021] #1 - bullying [20/11/2021] #2 - comeonrbc [15/9/2021] #3 - comeonrbc [16/9/2021] #1 - comeonrbc [18/9/2021] #7 - masasma [15...