30. Remuk Redam

1.4K 74 35
                                    



Happy reading!

Jangan lupa vote dan komen ya

***

"Jangan membenci seseorang secara berlebihan, kita tidak tahu suatu hari nanti kita membutuhkannya."

"Terkadang orang tak terduga-duga itulah yang akan membantu kita di saat kita sedang berada di titik terrendah."

***

Kanaya sontak berjongkok setelah Wenda dan Cindy berlalu. Gadis itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan mungilnya. Menangis tersedu-sedu dengan kenyataan yang ia lihat.

Wenda tidak sebaik yang Kanaya kira.

Begitupun Cindy, ia bukan lagi sosok yang menyenangkan bagi Kanaya.

Baik Wenda dan Cindy sama-sama bermuka dua. Selama ini Kanaya tidak memikirkan hal itu. Mereka cukup berarti bagi Kanaya. Teman terbaik yang Kanaya miliki. Sebelum kedok mereka terbongkar.

"Mereka jahat," tuturnya lirih. Bahunya bergetar akan tangisan.

"Nggak usah nangis, temen kayak mereka nggak berhak lo tangisin. jangan bego banget jadi cewek, harusnya lo tahu mereka emang nggak tulus temenan sama lo."

Kanaya mendongkak, dengan tangisan yang masih menguar. Perlahan, Kanaya bangkit. Menatap cowok jangkung di hadapannya dengan sorot ketakutan.

"Kakak mau apa?" tanyanya lirih.

Tigo menarik lengan Kanaya secara paksa, gadis itu sudah berusaha menolak dan menarik diri. Tapi usahanya gagal, tenaganya tidak bisa melawan tangan kekar yang mencengkram pergelangan tangannya.

Kanaya ketakutan saat ia kembali memasuki ruangan beraroma menyengat. Asap rokok yang kian memenuhi ruangan, lantas gelak tawa mereka membuat tubuh Kanaya meremang.

Benarkah ia akan menjadi rusak oleh mereka?

Sejujurnya Kanaya belum paham apa maksud dari kalimat 'rusak' sebelum akhirnya mereka serempak berdiri menyambut Kanaya dan Tigo dengan senyum yang menyeramkan bagi Kanaya.

"Aman nggak, Go?" tanya salah satu temannya.

"Kunci pintunya." perintah Tigo yang kini melepas genggaman pada tangan Kanaya. Sebab ia sibuk melucuti pakaiannya.

Kanaya terbelakak dengan air mata yang tumpah ruah, dadanya bergemuruh akan dentuman nyeri. Kanaya merasakan kehabisan oksigen. Namun netranya tidak bisa mengalihkan pandangan pada mereka yang sama-sama membuka pakaian sesuai keinginan mereka.

"Siapa dulu nih?" ucapnya.

"Bos dulu lah, yakali." sahut temannya.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang