28. Obrolan Serius

1K 92 2
                                    

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!

Masih di Library kalian kan?

Cerita ini mungkin chapternya nggak akan sebanyak ceritaku yang lain.

Begitu penyampaianku lewat cerita ini selesai, ya abis itu ending.

***

"Dari mana, Tur?" tanya lelaki paruh baya yang duduk di teras rumahnya. Di temani secangkir teh hangat dan koran di tangannya. Bisma Panunggal masih menjalani masa pemulihan di rumah.

"Dari rumah Kanaya, papa kenapa di luar?" sahutnya sembari mencium punggung tangan papanya.

"Lagi nyari udara bebas, di dalam rumah terus bosan."

"Tadi pagi Tigo di rumah, papa ketemu?" Catur duduk di sisi papanya.

"Nggak, anak itu mana berani ketemu papa. Dia pulang karena lapar, papa paham sama anak itu." ucap Bisma.

"Kira-kira kita harus bagaimana, pa? Catur pengin kita kumpul jadi satu, Catur pengin Tigo tinggal di rumah."

"Susah, adikmu itu udah bandel. Papa kalau ngobrol sama Tigo bawaannya emosi, dia nggak bisa diam."

Catur menghela napas panjang, "sebenarnya, Catur benci sama Tigo. Dia udah bertindak nggak wajar ke Kanaya. Tapi mau bagaimana juga dia adik Catur. Anak papa, sulit memaafkan tapi Catur nggak tega terus-terusan dendam."

Bisma menoleh, tangannya terulur mengusap kepala anak sulungnya. "Kamu yang sabar ya. Semoga papa bisa cari cara supaya Tigo bisa berubah, paling tidak dia jadi anak SMA yang penurut dan disiplin waktu."

"Papa harus bicarain ini sama mama, yang bisa merubah Tigo itu orangtuanya. Figur terdekat Tigo." ungkap Catur.

"Sayangnya, bagi adikmu. Semua orang di rumah ini nggak ada yang peduli sama dia. Padahal, papa juga sayang sama Tigo. Papa pengin anak-anak papa tinggal satu rumah, rukun, dan saling menyayangi." Bisma mendesah berat. Ia memijat pelipisnya. "Entahlah, papa selalu menyerah menghadapi Tigo."

"Papa jangan banyak pikiran, istirahat yang cukup. Catur masuk dulu ya, pa." Bisma mengangguk.

***

Kanaya berlarian mengejari dua kelinci imut yang sejak tadi tidak bisa diam di kamarnya. Bahkan gadis itu sampai lupa rasa sedihnya gara-gara kelinci bernama nay nay.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang