43. Hadiah Untuk Orang Jahat

1K 75 15
                                    

Masih semangat bacanya?

Jangan lupa vote ya❤

***

Catur menyusuri koridor yang belum terlalu ramai lalu lalang. Ia sedikit mengernyit dahi. Biasanya jam tujuh pagi adalah waktu di mana lalu lalang siswa memenuhi tiap-tiap koridor menuju kelas mereka masing-masing.

Dua hari tidak masuk sekolah, membuatnya merasa sedikit asing. Catur bergegas menuju ruang Osis. Memeriksa agenda-agenda yang akan datang.

Langkahnya terhenti saat ia mendengar pekikan-pekikan dari kelas yang sudah tidak terpakai. Catur mengamati secara intens. Kedua matanya melebar saat ia melihat Cecil dan anak buahnya tengah mengukung Wenda.

"Jadi itu kelakukan lo?! Oh senior nggak berattitude!" seloroh Wenda. "Lo mau gue tuntut hah? Lo menjatuhkan harga diri gue!" Wenda mendorong bahu Cecil.

"Lo nuntut gue?" sahut Cecil menunjuk dirinya sendiri. "Atas dasar apa? Gara-gara gue sebar berita miring tentang lo? Kan itu fakta." Cecil tersenyum sinis.

"Mau lo apa sih?" tanya Wenda dengan amarah membara.

"Mau gue?" sahut Cecil menaikkan satu alisnya. "Gue mau lo enyah dari sekolah ini, lo itu sampah. Oh satu lagi, lo juga harus enyah dari kehidupan om gue. Sadar diri lo itu cuma mainan om gue. Bangga banget lo dijadiin sugar baby?"

"Kenapa? Iri bilang bawahan." sergah Wenda.

"Belagu amat lo, udah terbukti jalang, masih ngelak!" sahut Lala.

"Tau nih, masih kecil juga begaya jadi lonte, gimana nanti kalau udah gede. Jadi apaan lo?" sergah Ntin.

"Orang-orang kayak kalian ini emang nggak pernah hidup bahagia ya?" Wenda menyela dengan tersenyum sinis.

"Justru lo yang nggak pernah hidup bahagia, sampai lo rela jadi simpanan om-om, parahnya itu om gue. Jijik tahu nggak gue sama lo." Cecil meludaih wajah Wenda. Cewek itu naik pitam.

"Anjing!" didorongnya tubuh Cecil membentur tembok. Wenda menjambak rambut Cecil. "Itu hidup gue, lo nggak usah ikut campur. Kita sama-sama murahan, cuma beda penghasilan aja." Wenda menyunggingkan senyumnya.

Lala dan Ntin menarik lengan Wenda. Mendorong lantas tubuh Wenda terkulai di lantai. Lala dan Ntin menginjak lengan Wenda.

Cecil menyeringai, ia tertawa puas. "Emang sih kita beda penghasilan. Makanya kita beda nasib, gue hidup bahagia dengan uang orangtua, sedangkan lo? Hidup bahagia uang hasil ngelonte. Bedanya jauh banget ya?" Cecil berjongkok. Menepuki pipi Wenda.

Cecil menampar pipi Wenda, meninggalkan bekas merah pada pipi mulus itu. Lalu, Cecil juga mencengkram rahang Wenda. Sangat geram terhadap sikap Wenda yang berani menantangnya. Cecil sudah sangat muak melihat wajah Wenda—cewek yang notabene menjadi simpanan Om-nya itu begitu percaya diri bahwa ia paling cantik dan merasa menjadi manusia paling bahagia.

Wenda dibenturkan pada tembok, bunyi benturan antara kening dan tembok itu sangat menggema. Cecil melakukannya dengan senyuman. Lantas Wenda meringis kesakitan.

Belum puas, Cecil menjambak rambut Wenda. Menyeretnya mendekati jendela. Tubuh itu ia himpit dengan kepala menengadah. Wenda mulai meloloskan air matanya.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang