57. Cepat Dewasa Ya?

1.3K 78 18
                                    

Sumpah, ini makin banyak chapternya makin gak mau berakhir tapi suka lupa update😩

Makasih buat yang komen nyuruh cepet next, is another love banget❤❤❤

Enjoy aja ya. Maaf masih banyak kekurangan. Semoga terhibur🌈🌈

***

"Nay, di jemput Catur tuh."

Kanaya terbengong. Ia menggeleng lemah sembari menghabiskan gigitan pada roti bakarnya.

"Loh, kenapa? Itu Caturnya udah nungguin, masa nggak mau." sahut Mamanya.

"Marahan ya?" celetuk Papanya.

"Enggak, semalam juga telponan." jawabnya datar.

"Iya telponan tapi kamunya tidur kan? Mama semalam yang matiin telponnya. Sempet ngobrol juga sama Catur." ucapnya.

"Mama ih ..." rengek Kanaya. Ia menghentakkan kakinya. "Kenapa sih, harusnya biarin aja."

"Ya kasihan lah, Nay. Catur manggil-manggil kamu, dia halo-halo kamunya malah molor." tukas Mamanya.

"Naya mau naik taxi aja." gadis itu melengos begitu saja. Moodnya tidak baik. Ia masih marah dan tidak ingin bicara apapun. Chat semalam saja hanya untuk memastikan Catur masih melek atau sudah tidur. Pada dasarnya Kanaya masih marah.

"Naya ... Naya, kecewa sedikit langsung ngambek. Kapan dewasanya coba?" gerutu Mamanya.

Kanaya berjalan cepat tanpa menoleh pada cowok jangkung yang berdiri di sisi motornya. Ia reflek mengulurkan helm ketika Kanaya melewatinya namun tidak digubris sama sekali. Gadis itu menuju jalan lantas menunggu taxi.

"Nay," panggilnya.

"Taxi!" gadis itu menghentikan taxi tanpa peduli panggilan dari Catur. Bahkan ketika tangannya ditahan ia menepisnya secara kasar. "Lepasin! Kamu ngapain kesini?"

"Jemput kamu," jawab Catur.

"Aku naik taxi, nggak liat tuh." Catur menatap mobil di sana. Kontan membuatnya melambaikan tangan.

"Pak, maaf, nggak jadi. Pacar saya mau naik motor aja katanya." ucap Catur disertai senyuman ramah. Supir taxi tersebut mengangguk lantas melajukan mobilnya.

Kanaya menatap kesal. "Aku nggak bilang mau naik motor. Gimana sih?!"

"Jangan naik taxi, kalau nggak mau berangkat naik motorku, bareng papa kamu aja." ujar Catur.

"Papa nggak ke kantor!" sahutnya ketus.

"Berarti naik motorku?" tanya Catur. Cowok itu tersenyum samar melihat raut kesal Kanaya. Sangat menggemaskan.

"Nggak!" tukas Kanaya.

"Semalam bilangnya kangen," ledek Catur.

"Bukan aku, tapi nay nay!" balasnya kesal.

Catur ber-oh sembari manggut-manggut. "Ayo berangkat. Nanti telat loh."

"Kamu tuh apa banget sih, aku lagi marah sama kamu, nggak mau ketemu dulu, nggak mau ngobrol dulu, ngerti kan?" Kanaya bersedekap. Memasang raut marah.

"Iya udah, maaf." tuturnya lembut. Mengusap kepala Kanaya sekilas. "Kalau gitu aku duluan ya. Sampai ketemu di sekolah."

"Aku nggak akan ke kantin, pokoknya nggak akan keluar kelas biar nggak ketemu kamu!" tukas Kanaya.

Catur mengulas senyum. Kekesalan Kanaya bukan hal biasa. Tapi tidak membuatnya menyerah. Kanaya hanya takut kehilangan yang membuatnya menjadi emosional.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang