Baru kali ini bikin cerita, sesantai duduk di pantai yang gak harus mikirin konflik rumit kayak ceritaku yang lain hahahah.
Tapi emang beneran ringan kan konfliknya???
Oh mau yang berat?
Nanti Chapternya makin banyak dong haha😭
Ya udah, selamat membaca🌞🌈
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Wildan: Mas Catur! Di suruh ikut kumpul. Hari ini juga, jam ini, detik ini, sekarang! Ini perintah dari Mas Andre. Kalo gak ikut, terpaksa Mas Catur akan di-dis dari Organisasi ini. Sekian terima gaji.
"Nay, aku mau ada rapat di tempat ronda. Kamu pulang ya, aku antar." ucapannya membuat Kanaya menelan bakso bulat-bulat sampai gadis itu tersedak.
Catur terkesiap mengulurkan minum sembari mengusap punggung Kanaya. "Pelan-pelan, nggak ada yang minta. Aku nggak terlalu suka bakso." sindir Catur.
"Kamu sih ngagetin aja, orang aku lagi asik makan bakso." sahut Kanaya bersengut.
"Maaf, udah habis kan? Ayo aku antar pulang."
"Ikut kamu." ucap Kanaya.
Catur menggeleng. "Jangan. Di sana nggak ada hiburan, nanti kamu bosan. Pulang aja ya, kasihan nay nay pasti kangen sama mamanya." sahut Catur.
"Pokoknya ikut, titik!" tegas Kanaya.
"Tapi janji nggak boleh nakal ya, nggak boleh macam-macam." cecar Catur.
"Siap!"
***
"Anying! Sakit, Mas!" sergah Bimo mengusap kepalanya yang baru saja ditoyor Andre, Senior di organisasi Karang Taruna.
"Lo ngapain siang-siang nonton begituan?" Andre menunjuk layar ponsel Bimo. Menampilkan video pasangan di atas ranjang berikut suara-suara anehnya.
Bimo meringis. "Nerusin yang semalem, Mas."
"Anak anjing lo, Bim. Matiin nggak videonya?" Joni yang sejak tadi sibuk membetulkan jam dinding lantas melotot ke arah Bimo.
"Iya, Mas, di matiin nih. Tenang ... tenang." tuturnya.