15. Prince Charming

1.3K 112 21
                                    

"Aku mencintaimu karena aku juga ingin melindungimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mencintaimu karena aku juga ingin melindungimu." -Catur Fakhri Panunggal.

Kanaya berlalu menggandeng tangan Tigo tanpa peduli adanya Catur yang mengkhawatirkannya. Kanaya kesal lantaran Catur memukul Tigo tanpa tahu kebenarannya. Tapi Catur hanya tidak ingin Kanaya kenapa-napa, ia tidak ingin sesuatu terjadi seperti di kantin belakang sekolah-yang menjadi memory ketakutannya Kanaya. Mungkin sekarang tidak.

Catur memandang punggung gadisnya serta punggung tegap adiknya yang membalas genggaman tangan Kanaya.

Catur menghela napas pendek, ia menunduk menatap heels Kanaya yang tertinggal. Catur mengambilnya, bibirnya melukis senyum tipis membayangkan Kanaya memakai heels tersebut.

"Kaki kamu pasti sakit ya Nay pakai kayak ginian."

Sang pangeran menemukan heels Cinderella bergaun pink. Dia, Catur Fakhri Panunggal. Berjalan meninggalkan gedung itu untuk mengembalikkan barang milik Kanaya. Juga caranya untuk melindungi Kanaya kalau-kalau Tigo berulah lagi.

Jalanan yang lenggang, malam yang gelap dengan bintang yang remang. Angin menerpa tubuh seakan jaket yang Catur kenakan tak berarti apa-apa. Catur sangat khawatir, Kanaya seperti hidup dan matinya semenjak kejadian Kanaya dilecehkan oleh Tigo, adik kandungnya sendiri.

Dan, akan menjadi rival Catur setelah ini?

***

Kanaya terdiam, sepanjang jalan ia merenung. Kedua tangannya berpegangan pada ujung Jas yang Tigo kenakan. Kanaya merasa bersalah tapi kekesalannya menyelimuti hati. Ia memilih pulang bersama Tigo bukan karena apa-apa. Memang Kanaya tidak berpikir banyak, yang ia rasakan sekarang kesal dengan Catur.

"Rumah lo kemana nih?" tanya Tigo dengan memelankan laju motornya.

"Depan, kak."

"Yang itu?" Tigo menoleh pada Kanaya.

"Yang cat putih kak."

"Putih semua, Nay."

Kanaya mendengus, benar juga. Kanaya lupa kalau perumahan di sana identik dengan cat berwarna putih dan cream. Kanaya menunjukkan rumahnya dengan jari telunjuknya. Segera ia turun dibantu Tigo. Kanaya merunduk menatap kakinya.

"Kak, heels aku mana?" rautnya cengo.

"Lah kok nanya gue, kan lo yang pake tadi."

"Aduh ketinggalan, gara-gara kesel sama Catur sampai aku lempar heelsnya," Kanaya memukul keningnya pelan.

"Bego banget heran deh, udah lah gue mau balik," ujar Tigo acuh.

"Makasih ya, kak."

"Hm."

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang