Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mencari yang setiamungkinmasihdikategorikanmudah, tapimempertahankankesetiaanitucukupsulit, buktinyabanyak orang pendustahubunganmerekasendiri."
Sepanjang perjalanan pulang Kanaya diam, bahkan saat Catur menanyakan perihal kesenangannya tidak mendapat respon dari Kanaya. Catur paham, gadisnya tengah kesal lantaran ia tidak berkata jujur sebelum-sebelumnya mengenai Tigo.
"Nay, nggak mau diusap kepalanya? Kayak biasanya itu," Catur menahan lengan Kanaya. "Kamu marah sama aku?"
"Enggak, aku mau langsung masuk ya. Bye..."
Catur menatap kepergian Kanaya dengan tatapan kosong. Sejurus kemudian ia membuang napas dalam-dalam. Kalau bukan karena sayang, Catur tidak ingin mengalah dalam situasi itu. Kanaya selalu kesal dengan hal-hal yang baginya cukup penting tapi baru ia ketahui dari orang lain. Dan itu egois bagi Catur. Tapi ya sudahlah. Catur memaklumi sikap Kanaya.
Tapi, kenapa Kanaya musti kesal? Memangnya Tigo penting dihidupnya? Memangnya sejak kapan Kanaya peduli mengenai status Tigo, dan memangnya Kanaya juga perlu tahu secara detail siapa Tigo?
"Kadang aku bingung, Nay. Kamu sayang sama aku atau karena cuma pengin melepas status jomblo karena temen-temen kamu udah pada punya pacar." Bahu Catur meluruh. "Tapi kamu tahu, Nay? Aku beneran suka, beneran sayang sama kamu."
***
Kafetaria Jakarta saat sore mulai ramai akan kehadiran anak-anak remaja. Mereka bergerombol, berpasangan bahkan ada yang menyendiri untuk menghibur diri.
Di meja nomor 19 dengan kursi duduk lebih dari tiga itu terpenuhi perempuan-perempuan dengan dandanan cantik, baju ber-merk mahal dan tas-tas branded yang bertengger di sisi tangan masing-masing.
"Gue jadi penasaran sama Kanaya, kok gue baru sadar ada adik kelas sepolos dia sih. Kalian juga nggak cerita ke gue. Sumpah kayaknya dia doang yang polos di SMA 79." Andin mencerca sedemikian hebohnya.
Cecil tersenyum miring, "lo pan sombong, sekarang aja lo baru nongki sama gue lagi. Sebelumnya lo sibuk sama tim Cheerleader lo itu."
"Iya, dan asal lo tahu, Andin. Cecil udah sering main-main sama cewek lugu itu. Yeah kejadian di kantin belakang bulan lalu." Lala menyahut sembari memainkan sedotan jusnya.
"Itu lo seriusan bikin Kanaya di lecehin sama Tigo? Gue masih nggak percaya, kenapa dia senurut itu sama lo, Cecil?" ucapannya tampak geram.
"Gue gitu loh, terserah lo mau percaya apa enggak. Tanya aja sama Ntin, Lala. Atau nggak tanya langsung deh ke Tigo." Cecil menelisik kuku-kukunya. "Tapi gue kesel sih, Tigo jadi tertarik sama cewek lugu itu. Shit, gue nggak suka aja kalo Tigo sampai kepincut Kanaya. Yakali sekelas brengseknya Tigo harus turun level cuma gara-gara dia suka sama Kanaya."