21. Kesal

1.2K 87 13
                                    

"Karena apa yang menjadi milikmu pun berhak kumiliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena apa yang menjadi milikmu pun berhak kumiliki."


Tigo tidak henti-hentinya tersenyum menatap pesan di ponsel Catur. Tadi supir pribadi papanya menitipkan ponsel Catur lantaran takut kalau-kalau hilang. Mengingat, Herman pekerjaannya banyak. Bukan hanya sebagai supir pribadi Bisma, kadang-kadang ikut sibuk di kantor.

Jadilah Tigo dengan leluasa membaca pesan dari Kanaya Fradilla.

Catur aku mau ngomong. Tapi janji ya jangan marah.
Aku minta maaf ya, tadi aku izinin Kak Tigo cium. Aku nggak tau tiba-tiba ada Kak Tigo. Aku juga nggak tau kenapa aku mau di cium Kak Tigo.
Tapi, Kak Tigo ciumnya nggak kasar kayak dulu. Malahan lembut banget.
Catur maaf ya. Kamu kalo mau marah, marahnya sama aku aja. Jangan ke Kak Tigo. Ini salah aku kok. Aku sayang Catur. Sayang banget❤❤

"Menggemaskan."

Tigo menghapus deretan pesan itu agar Catur tidak membacanya. Tigo tidak ingin Catur tahu mengenai ciuman itu. Tigo tidak ingin Catur marah pada Kanaya, terlebih pada dirinya yang sedang malas berkelahi.

"Catur Catur... Sebentar lagi lo bakalan kehilangan Kanaya. Cewek lugu lo itu bakalan jadi milik gue. Cepat atau lambat."

Tigo menyunggingkan senyumnya, "gue bakal leluasa sentuh dia lebih dari sekadar cium bibir."

Tigo meletakkan ponsel Catur di atas nakas dekat ranjang. Ia merasa aman, Catur tidak akan curiga. Semua akan baik-baik saja pikir Tigo.

***

"Heh lo berdua, gue mau ngomong." Cecil beserta anak buahnya menghadang Cindy dan Wenda di jalanan yang sepi. Sepulang sekolah Cindy dan Wenda berniat ke rumah Wildan, tentu saja akan ada acara nobar atau nonton bareng. Ya tidak jauh-jauh dari hal-hal berbau pornografi.

"Ada apa?" Wenda menyahut dengan raut berani. Wenda tipikal yang tidak akan menciut walaupun berhadapan dengan kakak kelas. Apalagi hanya sekelas Cecil, kecil bagi Wenda yang tubuhnya jauh lebih tinggi dan bertenaga.

"Turun lo berdua! Tahu etika dong!" cetus Lala. "Sama senior belagu kalian ya."

Wenda dan Cindy keluar dari mobil dengan pandangan marah. Menutup pintu mobil dengan gebrakan keras.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang