62. Don't Expect Me Too Much

997 138 56
                                    


Hi! Aku datang lagi. Maaf baru update lagi.

Nungguin nggak??

Siapa yang di part sebelumnya suka kalo Kanaya-Catur marahan?

Pokoknya siapin hati kalian buat seterusnya.

Badai isi coming🌪🌪


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kamu jahat, Catur."

Cowok itu tercenung. Ia menatap Kanaya kebingungan namun juga khawatir. Catur merasa tidak melalukan kesalahan apapun, tapi begitu ia datang, Kanaya terlihat berbeda.

"Nay, aku ada buat kesalahan?" tanyanya.

"Coba aja kamu ingat-ingat, kamu pernah bohong sama aku." sahut Kanaya semakin menjauh dari Catur. Cowok itu maju meraih tangan Kanaya. Namun Kanaya menepis kasar.

"Kenapa sih kamu susah kalau di suruh jujur? Aku sering tanya, kamu terpaksa kan nerima aku? Selama ini kamu tertekan, dan itu benar. Tapi kamu sok menerima aku, menutupi kejujuran itu supaya aku nggak sedih kan?" ungkap Kanaya parau. Kerongkongannya tercekat. Ia masih tidak percaya, saat itu Catur ada di dekatnya namun cowok itu sama sekali tidak mendekati.

Catur menatap layar ponselnya. Ia menyadari dari apa yang baru saja Kanaya baca. Isi chatnya dengan Yola.

"Nay, aku nggak bermaksud bohongin kamu." ucap Catur.

"Terus apa? Kamu blokir nomor aku, beberapa hari susah di hubungin, tapi kamu masih bisa chat sama Kak Yola, bahkan kamu bilang ke dia kalau kamu tertekan sama aku, kenapa nggak bilang dari awal?"

Cowok itu menggeleng. Tatapannya penuh penyesalan. Catur mendekat lantas menggenggam pergelangan tangan Kanaya. Gadis itu berusaha menepisnya kembali, namun Catur menahan sekuat tenaga. Ia merasa harus meluruskan masalah itu.

"Kamu nggak samperin aku, padahal waktu itu aku butuh kamu, Catur." lirih Kanaya.

Catur terdiam. Ia lupa bahwa kebohongan sekecil apapun, pasti akan terkuak juga. Lagi, ia berurusan dengan perasaan Kanaya. Sungguh, saat itu Catur juga merasa menjadi pecundang, ia ingin menghampiri namun egonya tinggi. Ia ingin memeluk Kanaya dan berucap semua baik-baik saja, tapi Catur juga ingin sedikit memberi pelajaran untuk Kanaya.

"Aku nggak nyangka, cowok yang berdiri nggak jauh dari aku, Chika, Niken, itu ternyata kamu?" Kanaya tersenyum samar. Air matanya luruh. "Kenapa? Jelasin ke aku, kenapa kamu lakuin itu?"

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang