60. I Know, But...

929 91 20
                                    

Happy 85k pembaca🍓🍋

Angka segitu bener-bener berarti buat aku. Makasih banyak ya buat yang support cerita ini🖤

Kalian mau ending yang gimana?

Aku udah nyiapin ending yang..... Intinya siapin hati aja wkwk.

Baru update lagi, dari kemarin revisi typo. Oke selamat membaca yaaa💛💛

 Oke selamat membaca yaaa💛💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Nay, mama sama papa mau jenguk nenek. Mau ikut?" tanya Felisa yang saat itu tengah sibuk memotong buah lantas menoleh ke arah Kanaya di sisinya. Gadis itu duduk di kursi mini bar, membaca majalah remaja.

"Enggak deh, Naya hari ini mau ke rumah Catur. Mau minta ajarin Matematika." gadis itu mengangkat buku cetak di hadapannya.

"Ya udah kamu hati-hati ya. Mama berangkat dulu." wanita itu mengecup pipi anak gadisnya. "Mandi dulu kalau mau pergi." titahnya.

"Oke!"

Sepeninggalan Mamanya, Kanaya gegas mandi. Weekend kali ini ia gunakan untuk belajar bersama Catur. Ia membujuk Catur semalaman agar cowok itu meluangkan waktu beberapa jam untuk mengajari Kanaya soal-soal yang sulit. Pasalnya, hari ini cowok itu berniat tidak melakukan kegiatan apapun selain tidur bersama nay, si kelinci yang akhirnya menginap di rumah Catur.

Karena itu, Kanaya tidak ingin Catur malas-malasan di hari libur. Hanya karena ada nay, Catur menggunakan alasan akan bergelung seharian di kasur bersama nay. Membayangkannya saja, Kanaya berdecak kesal.

"Bibi, Naya pergi dulu ya."

Gadis itu memakai kaus berwarna cream dipadu hotpants levis denim. Ia juga menggelung rambutnya secara asal. Setelah memeriksa barang bawaannya, Kanaya menggendong kelinci kesayangannya. Menciumi dengan gemas.

"Yeay, kita mau ketemu ayah." ungkapnya senang. Sejujurnya ia khawatir terhadap nay yang menginap di rumah Catur. Ia cukup resah berpisah semalam dengan nay.

Begitu sampai, gadis itu berlari kecil menuju pintu utama rumah Catur. Mengetuk pintu cukup keras lantaran antusias belajar bersama. Keduanya jarang sekali meluangkan waktu untuk sekadar membahas materi sekolah. Karena Kanaya malas. Ia tidak menyukai jika saat-saat bersama, Catur membahas soal yang menurutnya rumit.

"Anjir, kirain siapa." Tigo muncul dengan wajah kusut. Namun terlihat sudah mandi dari handuk yang menutup kepalanya.

"Catur mana?" tanya Kanaya.

"Ada," jawab Tigo. "Lo rajin banget ke rumah gue, heran dah. Bucin!" cibir Tigo.

"Orang ini rumah, Catur." sela Kanaya sinis. "Catur mana?" gadis itu menggeser tubuh Tigo.

DIA, CATURKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang