Aku balik lagi, cepet banget ya. Haha lagi di kebut biar ending. Soalnya kalian udah pengin ending kan?
Jangan lupa vote ya. Happy reading🌻
***
"Jadi, tadi dari mana aja? Katanya main ya?" tanya Herdi, papa Kanaya.
"Saya nggak jadi ajak Kanaya main, om. Soalnya saya rapat Osis dadakan. Ada agenda bulan depan."
"Terus tadi Kanaya main kemana?" tanyanya tenang.
"Katanya ke mal sama teman barunya, saya kurang tahu. Naya juga lupa share lokasi. Padahal dia minta jemput."
Herdi tersenyum. "Kebiasaan anak saya memang menyusahkan kamu, Catur. Mohon di maafkan."
"Nggak apa-apa, om." jawab Catur tak kalah santai.
"Kamu nggak bosan sama sifat anak saya?"
Catur menatap lurus pada pot-pot bunga di teras rumah Kanaya. Ia menggeleng lantas menoleh pada Herdi.
"Saya nggak pernah bosan sama Kanaya. Saya juga bingung, mungkin terkesan berlebihan, saya pernah bersikap egois, ingin menjauh karena saya kesal sama sikap Kanaya yang berubah secara tiba-tiba. Saya blokir nomor Kanaya. Tapi ..." Catur menghela napas.
"Tapi apa?" sahut Herdi.
"Saya yang uring-uringan, saya nggak bisa kalau nggak dengar suara Naya. Nggak bisa kalau nggak liat wajah Naya dan pastiin dia makan terus istirahat."
Herdi tertawa menanggapi ungkapan Catur. "Wajar, namanya juga kasmaran. Kembang kempisnya terasa." ujar Herdi.
Catur tertawa canggung, ia mengusap tengkuknya. Lalu tepukan tangan itu mendarat di pundak Catur.
"Bosan itu manusiawi, kalau kamu tiba-tiba merasa jenuh dan kesel sama sikap anak saya itu juga wajar. Soalnya Kanaya adanya begitu, kadang nyenengin banget, kadang ngeselin banget, kadang nurut, kadang bandel. Saya rasa kamu juga perlu bosan dan bersikap egois. Supaya Kanaya tahu, pacaran itu nggak melulu bergantung pada pasangannya. Biar dia belajar tanpa adanya kamu. Ajari dia hidup nggak harus bersama pacar. Boleh manjain Naya, tapi jangan lupa kasih dia pemahaman."
Catur mengangguk. "Om Herdi, saya minta maaf kalau mungkin tiba-tiba saya buat Naya nangis. Maaf kalau nanti tiba-tiba saya buat Naya jadi nggak semangat belajar. Saya berusaha yang terbaik, berusaha jadi pacar sekaligus Abang buat Naya." ungkap Catur.
"Kamu tenang aja, kami sebagai orangtuanya pasti paham harus berbuat apa ketika Naya sedih." sahutan itu membuat Catur lega.
"Om, maaf juga atas perlakuan adik saya. Semoga om nggak berpikir saya bersifat demikian, saya nggak pernah punya niatan buat rusak Naya. Saya menyayangi Kanaya karena saya ingin melindunginya."
"Iya, saya tahu. Yang sudah terjadi ya biarlah berlalu. Diambil sisi positifnya saja. Kanaya jadi tahu apa itu pelecehan seksual, apa itu sex dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Semua yang terjadi terhadap diri kita itu pelajaran hidup. Tergantung bagaimana kita bisa paham dan menemukan hikmah dari peristiwanya."
Catur menyimak dengan baik. Mengobrol dengan papa Kanaya itu asik. Orangnya ramah dan menyenangkan. Sama seperti papa Catur. Dan lagi, Catur juga tipikal yang mudah beradaptasi dengan lawan bicaranya sekalipun lebih tua dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, CATURKU [ON GOING]
Novela Juvenil[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR SEX EDUCATION] #2 - fiksiremaja [6/9/2021] #1 - catur [15/9/2021] #1- sexeducation [15/9/2021] #1 - bullying [20/11/2021] #2 - comeonrbc [15/9/2021] #3 - comeonrbc [16/9/2021] #1 - comeonrbc [18/9/2021] #7 - masasma [15...