# Pasal Kedua

568 83 9
                                    

Wildan berdoa dalam hati semoga hari ini tidak ada hal buruk yang menimpa dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wildan berdoa dalam hati semoga hari ini tidak ada hal buruk yang menimpa dirinya. Sudah tiga hari ia menghindar dari sosok yang bernama Davin. Ia terpaksa menipu teman baiknya karena paksaan Lala yang meminta pertolongan.

"Wil." Sapa seorang gadis dari arah perpustakaan.

Yang dipanggil langsung siap siaga. Meski suaranya sudah jelas perempuan, namun Wildan masih merasa parno jika bertemu dengan Davin. Masalahnya semenjak hari itu Davin tidak menghubunginya, mungkin pria itu lebih memilih untuk menghabisinya secara langsung.

Lia menghampiri Wildan yang matanya masih bergerilya mengawasi lingkungan Fakultas. Tangan gadis itu penuh dengan beberapa kotak makanan.

"Wil, lo nyari siapa, sih?"

Mendengar pertanyaan Lia, Wildan akhirnya memfokuskan pandangan kepada gadis dihadapannya. Lia yang kerepotan dengan barang bawaannya dan Wildan inisiatif membantunya.

"Gue kira ada Davin." Akhirnya pria manis itu mengeluarkan suaranya. "Barang endorsement nih, Li? Banyak banget."

Lia mengangguk. "Iya udah gue buat video endorse-nya, jadi mau gue bagiin. Lo kalo mau ambil aja. Tadi Bu Neni perpus juga udah ambil sebagian."

Wildan memilih-milih dessert box milik Lia. Pada akhirnya pilihannya jatuh kepada dessert dengan remahan biskuit sebagai topping.

"Pilihan lo tepat. Ini yang paling enak." Lia mengacungkan jempolnya.

Belum lama setelah percakapan mereka mengenai dessert box, munculah sosok Davin dari arah yang berlawanan. Dari kejauhan matanya sudah memicing ke arah Wildan. Mampus, orangnya pake dateng segala.

"Eh, lo." Sapa Davin seraya menunjuk Lia. "Siapa sih, lo namanya?"

Lia heran dan memastikan bahwa yang Davin ajak ngobrol adalah dirinya. Wildan merasa selamat bukan dirinya yang jadi pusat perhatian Davin.

"Gue?"

"Iya, lo."

"Lia?" Lia menyebutkan namanya dengan nada heran.

Ada dua hal yang Lia pertanyakan disini. Pertama, untuk apa seorang Davin menanyakan namanya. Kedua, jarak kursi mereka hanya satu sampai dua kursi di matakuliah Simulasi Proses Peradilan, masa saja seorang Davin yang bisa menyebutkan Pasal manapun dalam Undang-Undang tidak bisa mengingat namanya?

"Oke Lia. Lo tau temen lo dimana?" Davin kembali memberikan pertanyaan yang membuat Lia bingung.

"Temen gue yang..mana, ya?"

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang