# Bercerita

416 68 2
                                    

Lala dan Davin telah sampai ke Jalan Braga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lala dan Davin telah sampai ke Jalan Braga. Sebuah kedai es krim menjadi destinasi mereka kala itu. Davin akhirnya memesankan es krim untuk mereka berdua.

"Vanilla cheesecake, rum raisin, dan cookies and cream masing-masing dua scoops dibuat di satu tempat ya, mba" Pinta Davin kepada sang kasir. "Oh ya, sendoknya juga dua."

Lala tidak bisa mengatur nafasnya. Ketika Davin bilang mau mengajaknya olahraga memang bukan main-main. Jarak dari Alun-Alun Kota Bandung dan Jalan Braga lumayan juga. Lumayan membuat Lala ngos-ngosan dan ingin segera duduk.

"Baik kak, untuk pasangan kami sedang ada promo gratis photobox. Biliknya ada diujung kanan ya, kak." Ucap sang kasir seraya memberikan struk pembayaran dan kupon photobox.

Davin membulatkan matanya. Mendengar kata pasangan membuatnya geli. Ia cepat-cepat menggelengkan kepala untuk membantah spekulasi sang kasir.

"Kami bukan pasangan, mba." Protes Davin dengan rasa malu.

Lala sudah tidak kuat untuk mendengar drama dari Davin dan kasir. Ia inisiatif mengambil struk pembayaran dan kupon photobox tersebut. Yang ia inginkan hanya duduk sambil setengah meluruskan kakinya.

Davin kaget dengan sikap Lala yang terima-terima saja dituduh pasangan. Pria itu mengikuti Lala yang sedang memilih tempat duduk dari belakang. Ia sedikit merasa bersalah melihat Lala yang kelelahan. Gadis yang terbiasa diantar oleh kakaknya kemana-mana memang tidak cocok untuk diajak jalan menikmati suasana kota Bandung.

Sebuah tempat di sudut kiri belakang menjadi pilihan Lala. Akhirnya Lala dan Davin duduk berhadapan. Lala bergegas bersandar ke kursi dan kepalanya ia sandarkan ke tembok.

"Lemah banget, La. Segitu doang capek. Nggak pernah olahraga ya, lo?" Ejek Davin melihat perubahan ekspresi Lala yang menemukan kenyamanannya ketika duduk. Padahal dalam hatinya ia merasa tak enak namun tidak mau mengungkapkannya.

"Gue nggak pernah olahraga. Seringnya olah sabar setiap deket lo." Cibir Lala yang selalu tak terima dengan omongan Davin.

Tak lama kemudian pelayan mengantarkan semangkuk es krim yang penuh. Bagaimana tidak penuh? Disaat orang lain hanya memesan tiga scoops untuk pasangan, Davin tak tanggung-tanggung memesan enam scoops sekaligus. Pria itu hanya ingin membuat partnernya itu senang atas hari ini.

"Nih, upah lo karena udah olahraga sama gue hari ini menikmati Bandung." Gurau Davin. Ia berharap Lala bersyukur dengan hadiah yang diberikan olehnya.

Lala tetap saja protes, "Bahasa lo upah banget ya, Vin. Kesannya gue buruh. Definisi upah di undang-undang ketenagakerjaan itu berbentuk uang."

Davin menghembuskan nafasnya berat. Padahal ia sudah menahan-nahan agar tidak membahas soal perkuliahan. Namun pada akhirnya ia kebablasan dengan kata 'upah'.

"Nih, makan dulu. Biar seger." Davin tak niat untuk kembali menyungut omongan Lala malah lebih memilih mempersilahkan Lala untuk menikmati es krim yang sudah ia pesan. "Hati lo kayaknya selalu panas kalo deket gue. Bawaannya marah-marah mulu."

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang