Lala memejamkan matanya, mengingat hal-hal yang ia pelajari satu jam sebelum kelasnya dimulai. Dari mulai denah persidangan hingga peran-peran yang ada dalam persidangan. Semua harus ia pahami sebelum dosen itu datang.
Tampilan Lala memang berbeda dari seorang 'Lala'. Jaket jeans lusuh yang biasa ia kenakan diganti menjari cardigan berwarna maroon. Rambutnya ia catok serapih mungkin dan dibiarkan tergerai. Biasanya Lala menyiapkan binder diatas mejanya sebelum kuliah dimulai, namun yang ada dihadapannya sekarang adalah cermin.
"Selamat siang semua."
Suara itu tidak terdengar asing ditelinga Lala. Sama seperti suara yang dimiliki seseorang yang ia temui di ambang pintu administrasi fakultas. Dia adalah Surya. Asisten dosen yang selama ini Lala tunggu kehadirannya.
"Pagi pak." Jawab para mahasiswa secara serentak.
Lala bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia sedang merasa gugup. Seperti dunia tidak berpihak padanya, tangan dan kakinya ikut bergetar tidak jelas. Gadis itu akhirnya menyembunyikan kedua tangannya dari balik meja lipat.
Sebuah tangan memegang tangan Lala. Itu Wildan, yang kali ini sedang duduk disebelahnya.
"La, lo kenapa? Belum makan?"
Jika Lala adalah oranglain, ia akan menertawakan dirinya sekarang. Ia baru ingat bahwa ciri-ciri orang kelaparan itu tangan dan kakinya bergetar, sama seperti orang yang sedang nervous bertemu gebetannya.
"Lo kenapa, anjir?" Lia ikut panik meski suaranya berbisik.
Davin hanya melirik kegaduhan di sebelahnya dengan delikan mata. Tidak minat untuk bertanya apalagi sampai khawatir.
"Nggak. Gue nggak kenapa-napa, kok." Lala mencoba menjawab kekhawatiran Wildan dan Lia dengan tenang meski suaranya ikut bergetar.
Mendengar sang ratu drama meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja Wildan dan Lia kembali terfokus pada orang dihadapannya. Lala mencoba memberanikan diri melihat Surya.
"Okay, karena ini pertemuan pertama saya dan teman-teman disini, izinkan saya memperkenalkan diri, ya."
Surya melempar senyum termanis kepada mahasiswanya. Lala yang berada di kursi paling depan tidak bisa menahan ekspresi senangnya. Meski tangannya masih gempa lokal.
"DIIZININ DONG, PAK"
"KENALAN UDAH ITU LANGSUNG TAARUF YUK, PAK."
Sebagian mahasiswa tidak tahu diri berceloteh tak penting. Surya hanya meresponnya dengan tawa ringan. Sedangkan Lala memelototi orang-orang itu satu persatu.
"Perkenalkan, saya Surya. Asisten dosen Pak Jainudin dalam matakuliah ini. Salam kenal semuanya." Surya mengangkat tangan dan melambaikannya. "Saya harap kita bisa bekerja sama untuk enam bulan kedepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...