# Pasal Ketujuh

393 65 2
                                    

Wildan mengambil alih jalannya persidangan, ia yang duduk ditengah jajaran kursi Hakim berhadapan langsung dengan Lia yang duduk di kursi pemeriksaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wildan mengambil alih jalannya persidangan, ia yang duduk ditengah jajaran kursi Hakim berhadapan langsung dengan Lia yang duduk di kursi pemeriksaan. Latihan kelas simulasi kembali dimulai mengingat waktu tersisa hanya tiga bulan lagi. Maka dari itu Lala mengingatkan bahwa latihan harus lebih fokus dengan memperkecil peluang bercanda.

Surya, Lala, dan Davin duduk di kursi pengunjung sidang jajaran paling depan. Surya sibuk dengan penilaiannya di secarik kertas, Davin sibuk membolak-balikan naskah yang sudah rampung, dan Lala sibuk memperhatikan para mahasiswa yang sedang bersandiwara. Ketiganya memiliki kesibukan masing-masing hingga baik Surya, Lala dan Davin tidak  saling bicara.

Davin masih menghindari Lala akibat peristiwa Ujian Tengah Semester. Pria itu benar-benar menghindari akibat Lala yang mengaku kesal tanpa alasan padanya. Padahal perasaan Lala sudah kembali normal kepada Davin. Salahnya mungkin gadis itu tidak meminta maaf sesuai apa yang diperhatikan Brian. Sehingga ketika mereka berdua duduk berdampingan, keduanya tidak bertegur sapa. Lala yang terlalu gengsi, dan Davin yang takut mengganggu ketenangan sang gadis.

"Sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini, menurut Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana saudara harus disumpah atau berjanji terlebih dahulu. Apakah saudara bersedia?" Tanya Wildan yang saat itu sangat menjiwai menjadi seorang Hakim.

Lia tidak bergeming padahal pertanyaan itu jelas ditujukan untuknya yang berperan sebagai saksi korban. Wildan mengerutkan keningnya karena melihat Lia yang malah melamun. Pandangan gadis itu difokuskan ke lantai meski Wildan yakin pikiran Lia tidak ada di ruangan tersebut.

Lala yang melihat Lia tak kunjung merespon langsung bangkit dari kursi. Suasana kelas hening karena penuh ketegangan. Sedari tadi memang Lala benar-benar berlaku tegas ketika ada yang salah. Hal itu membuat para mahasiswa segan untuk melakukan kesalahan. Contohnya Jaka yang sudah Lala tegur tiga kali karena menggoda mahasiswa lain untuk bercanda.

"Lia? Woy!" Sahut Lala dari bangku pengunjung sidang.

Lia tetap tidak bergeming, masih sibuk dengan pikirannya sehingga mengabaikan orang-orang sekitar. Lala memerintahkan Malik yang ㅡkebetulan dekat dengan posisi Liaㅡ sedang mendokumentasikan latihan untuk menepuk bahu gadis itu. Akhirnya Lia tersadar dan kembali ke dunianya.

"Li, dipanggil, tuh." Bisik Malik kepada Lia.

Gadis bernama Lia itu langsung terperanjat. "Eh, sorry. Sampai mana tadi?" Tanya Lia tanpa berdosa namun terlukis ekspresi panik di wajahnya.

Lala melipatkan kedua tangannya. Meski yang melakukan kesalahan adalah teman baiknya, Lala tetap berlaku tegas. Profesionalisme sangat berpengaruh ketika ia menjadi seorang pemimpin.

"Lia, fokus dong. Kasian teman-teman yang lain latihannya udah serius." Ketus Lala.

"Iya, sorry La." Sesal Lia yang sudah membalikan tubuhnya agar dapat memandang sahabatnya. "Gue kurang fokus."

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang