# Pasal Ketiga

517 78 2
                                    

Seluruh mahasiswa kelas A2 sedang memperhatikan Lala yang sedang memberikan instruksi di depan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seluruh mahasiswa kelas A2 sedang memperhatikan Lala yang sedang memberikan instruksi di depan kelas. Suasana hening, hanya ada suara Lala yang mendominasi. Di belakang Lala ada Davin dan Surya yang duduk berdampingan di kursi yang disediakan untuk dosen. Para audience fokus dengan apa yang Lala sampaikan, kecuali jajaran kursi paling belakang yang mencoba untuk pura-pura fokus dan menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan guyonan.

"Oke jadi untuk semuanya wajib membawa naskah setiap latihan. Baik itu pemeran ataupun pengurus. Biar apa? Biar kita semua paham alurnya seperti apa." Perintah Lala tegas.

Audience kompak mengangguk dan memastikan bahwa semuanya sudah mendapatkan naskah. Semoga saja semuanya bisa menjaga naskah itu dengan baik. Kalau Lala sampai menemukan naskah yang tertinggal di kelas atau dijadikan bungkus gorengan, ia tidak ragu mengeluarkan orang tersebut dari pengurus.

"Saya harap tidak ada bercanda selama latihan berlangsung. Ingat waktu kita Cuma enam bulan untuk mempersiapkan ini semua. Nilai kita tergantung seberapa totalitas kita di matkul ini."

Lala masih memberikan instruksi dan mendapati Jaka, salah satu anggota barisan belakang menguap. Pria itu sudah tidak bisa menahan kantuknya karena rasa bosannya mendengar Lala cuap-cuap. Lala mendelik tajam kearah Jaka. Merasa dipandangi oleh sang Sutradara ia tersenyum kaku karena salah tingkah.

"Jaka, tidur jam berapa semalam?" Tanya Lala yang membuat Jaka kikuk.

"Begadang, La. Hehe."

"Jam tidur 'kamu' bukan alasan bisa nguap-nguap pas saya sedang berbicara, ya."

Jaka mengangguk karena kata-kata pedas dari Lala. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengerutkan dahinya. Sejujurnya Jaka tak mengerti apa maksud dari ucapan Lala. Akhirnya ia menyikut lengan orang disampingnya, Januar.

"Terus si Lala ngapa nanya jam tidur gue, sih?" Bisik Jaka kesal pada Januar.

"Namanya juga cewek, Bro. Mau nanya apa aja bebas." Sahut Januar yang tak kalah memelankan volume suaranya.

"Kebayang nggak sih kita semua terjebak dalam kondisi yang banyak aturan kayak gini?" Iyo ikut nimbrung dengan memulai gosip.

"Lala itu terlalu otoriter, Bro. Kenapa bukan si Januar aja sih yang jadi sutradara?" Yosi memperpanas gosip yang mereka buat di garda belakang.

"Iya, bener juga. Kalo si Januar yang jadi Sutradara ngulang semua nih kelasnya." Bambang menyahut dan menyadarkan mereka kedalam realita.

Karena merasa dijelekan, Januar menjiitak kepala Bambang yang dipenuhi dengan olesan pomade. Bambang dan yang lain merespon jitakan tersebut dengan tawa yang mereka usahakan tidak terdengar sampai ke telinga Lala.

"Kampret, lo." Hardik Januar.

Davin memicing melihat kerusuhan di garda belakang, mengamati setiap tingkah laku yang mereka lakukan. Sudah tidak asing bahwa kelakuan garda belakang selalu meresahkan. Lala sempat mengingatkan hal itu sebelum memulai latihan.

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang