Kedatangan Devi kerumah merupakan hal yang mengejutkan bagiku. Gadis itu memang sulit ditebak. Ibaratnya hari ini ia mengungkapkan cinta, keesokan harinya ia bisa membenciku tanpa alasan. Hanya beberapa orang yang berani mendekatinya. Termasuk aku yang dengan bodohnya bisa menjalin hubungan yang cukup lama dengannya.
Devi menyeruput susu kotak –yang sebenarnya milik adikku, Lala- setelah mengambilnya dari kulkas tanpa permisi. Dulu ia memang sudah tidak canggung lagi melakukan hal itu. Ku kira kandasnya hubungan kami bisa membuat semua berubah menjadi ke awal, yang seharusnya Devi kembali canggung berdiam diri di rumah ini. Namun nampaknya gadis itu sama sekali tidak bersikap seperti apa yang ku kira.
Gadis itu berkata bahwa ada yang ingin ia bicarakan. Aku menunggunya untuk berbicara, namun Devi malah mempersilahkanku untuk makan terlebih dahulu. Meski sudah sekitar delapan bulan kami berpisah, Devi masih mengingat jadwal makanku yang dilakukan dua jam sekali. Akhirnya kami sama-sama memasak mie dalam sebuah panci besar.
Setelah mie selesai dimasak, aku mengajak Devi untuk duduk di lantai yang sudah dialasi karpet bulu di ruang tv. Gadis itu menurut saja dan duduk di sebelahku. Jujur ketika dalam posisi seperti ini, ingatanku tentang masa-masa Devi dan aku berpacaran berputar kembali. Jangan sampai aku kembali jatuh cinta, Surya adalah temanku.
"Lo kesini, Surya kagak bakal salah paham apa?" Tanyaku yang merasa tak enak dengan kehadiran Devi di rumah tanpa sepengetahuan Surya.
Devi mengerutkan kening sambil tersenyum, "nggak usah pake salah paham segala, lah. Dia juga lagi sama si Lala, kan?"
Senyuman yang diberikan Devi merupakan sebuah bentuk senyuman sinis. Aku berusaha tak memedulikan arti dari senyuman itu dan memilih untuk menyantap mie. Kami makan bersama seperti dahulu kala. Lagi-lagi aku menyebutkan kata 'dahulu'. Terlalu banyak kenangan yang ku ukir dengan gadis bernama Devi Julianti yang sedang makan di depanku.
"Gue mau tunangan."
"BHAKKKK!"
Perkataan Devi sukses membuatku tersedak mie. Yang lebih memalukan adalah aku mengeluarkan mie yang awalnya hampir lolos di rongga ku dengan tiba-tiba menyembur keluar. Alhasil Devi yang menjadi korban atas kejadian tersebut. Aku menutup mulutku karena merasa bersalah.
"Kebiasaan deh, Yan." Komentarnya datar sambil membersihkan mie yang menempel di rambut dan bajunya.
"Maaf-maaf." Sesalku sambil membantunya membersihkan hasil perbuatanku. "Lagian lo kalo mau bikin kaget bilang-bilang dulu."
Devi terkekeh dengan jawabanku, "gimana ceritanya gue tau kalo lo bakal kaget?" Ia mencoba memperagakan permintaanku. "ini gue mau ngomong gue mau tunangan. Lo siap-siap ya, biar nggak kaget. Masa gitu? Hahaha. Lagian masa sih lo masih kaget denger gue mau tunangan?"
Aku terdiam untuk beberapa saat. "Nggak sih, untuk fakta lo akan tunangan gue udah bisa duga. Tapi tetep aja gue kaget kalo lo langsung ngomong gitu ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...