# Pak Jainudin

434 81 4
                                    

"Selamat siang rekan-rekan semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat siang rekan-rekan semuanya."

Sosok pria berumur dengan mata sipit memasuki kelas A2 yang sudah dipersiapkan tempat duduknya bak sebuah Pengadilan. Sosok itu adalah Pak Jainudin, dekan sekaligus dosen di fakultas hukum. Penampilannya kali ini memakai jas dengan kemeja di dalamnya. Pak Jainudin baru saja menghadiri rapat antar kampus dan langsung melesat ke sini.

Di belakang Pak Jainudin ada Surya yang membawakannya tas, bak seorang ajudan. Wajahnya yang tenang kali ini tidak berpengaruh untuk menenangkan Lala. Dari depan kelas Surya dapat melihat kecemasan yang terlukis dari wajah gadis itu.

"Maaf saya baru bisa hadir." Permohonan maaf Pak Jainudin membuat semua mahasiswa mewajarkan.

Surya mempersilahkan Pak Jainudin untuk duduk menghadap para mahasiswa yang hadir pada hari itu. Matanya bergerilya mengamati mahasiswa yang ada. Ketika melihat sosok Lala, Pak Jainudin tersenyum. Ia mengenal Lala karena keaktifannya dalam kelas disetiap matakuliah yang ia pegang.

"Bagaimana dengan Pak Surya? Aman, kan?" Tanya Pak Jainudin memancing interaksi.

Januar inisiatif menjawab. "Aman, Pak. Kebetulan Pak Surya konsep pembelajarannya bermain sambil belajar."

Mendengar jawaban Januar, semua tertawa termasuk Surya yang sebenarnya malu. Pak Jainudin bertepuk tangan atas jawaban itu. Bermain sambil belajar bukannya konsep pembelajaran Taman Kanak-kanak?

Pak Jainudin tidak mengambil pusing atas jawaban Januar. Yang menjadi pertanggungjawaban para mahasiswa adalah menjaga latihan simulasi berjalan kondusif dan sempurna. Pak Jainudin mempersilahkan sang Sutradara dan Penulis Naskah untuk maju ke depan.

Kepemimpinan diambil alih oleh Lala dan Davin. Sebelum berjalan ke depan kelas Davin mengingatkan Lala untuk rileks dan bisa menerima bila ada kritikan dari Surya. Lala hanya merespon nasihat tersebut dengan tanda OK yang dibuat oleh jarinya.

"Okay teman-teman. Mungkin sedikit saja penyampaian dari saya sebelum kita mulai latihan di hadapan dosen kita, Pak Jainudin." Lala mencoba bersikap tenang dan tidak terlihat grogi. Padahal dalam hatinya terdapat guncangan yang sangat hebat. "Kita sudah menjalani latihan selama dua bulan, jadi kita harus lebih kondusif dari biasanya dan tentunya harus lebih serius."

Jaka bisa mengikuti tutur kata Lala dari kursinya. Lala sudah mengingatkan hal itu beberapa kali pada garda belakang. Terlihat dari Jaka yang sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Lala.

"Untuk pemeran, salah itu wajar. Tapi anggap bahwa kalian sudah bekerja sebagai yang kalian perankan agar lebih menjiwai. Dan untuk pengurus, kita harus lebih inisiatif ketika ada gangguan ataupun masalah." Lala sudah tidak bisa mengatur kata-katanya. Kedekatannya dengan Pak Jainudin bukan berarti ia bisa sesantai itu ketika harus berbicara dihadapannya.

Davin menyadari Lala tidak bisa tenang dengan Pak Jainudin memperhatikannya. Akhirnya ia memutuskan mengambil alih instruksi. Padahal ketika latihan Davin tidak banyak berbicara, kehadirannya diperlukan ketika memang pemeran kebingungan dengan naskahnya atau menegur pemeran ketika tidak menggunakan intonasi yang pas dalam membacakan naskah.

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang