# Sutradara & Penulis Naskah

640 83 7
                                    

Memasuki hari Jumat, kelas Simulasi Proses Peradilan kembali dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memasuki hari Jumat, kelas Simulasi Proses Peradilan kembali dimulai. Surya sudah menyiapkan beberapa file sebagai alur materi hari ini. Satu persatu mahasiswa memasuki kelas, memenuhi kursi kosong dideretan paling belakang.

Sudah menjadi kebiasaan kelas A2, dimana tim heboh selalu duduk paling belakang. Heboh disini hanya berlaku ketika sedang menghardik, mencibir, dan menghakimi. Jadi jangan harap tim barisan belakang heboh ketika perdebatan menafsirkan Pasal.

Lala sudah menduduki kursi barisan depan bersama Lia dan Wildan. Alasannya, Lala yang terlalu ambisi untuk dilihat Surya, Lia yang selalu mengikuti Lala, dan Wildan yang bingung tidak terlalu kenal dengan teman sekelas kecuali mereka. Oh ya, jangan lupakan Davin yang selalu besar kepala tidak mau bersosialisasi namun selalu membututi kemanapun Wildan pergi.

"Baik kawan-kawan. Saya sudah memutuskan kasus yang terpilih untuk Simulasi Proses Peradilan kita."

Setelah mengecek kehadiran mahasiswa, Surya langsung menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan kedepannya ketika mereka mempersiapkan pertunjukan dari proses peradilan yang mereka buat.

"Pertama, mahasiswa yang terpilih kasusnya otomatis menjadi Sutradara dalam simulasi ini. Selain Sutradara, saya juga akan menunjuk Penulis Naskah. Dimana Sutradara dan Penulis Naskah bertanggungjawab atas keberlangsungan simulasi."

Lala mengangguk paham. Jika ia gagal terpilih menjadi sutradara, maka masih ada peluang  ia berkontribusi besar ke matakuliah ini jika ia terpilih sebagai penulis naskah.

"Kasus yang terpilih adalah kasus perundungan di dunia maya dari Fabiola Isnaini Samudra."

Surya mengumumkan kasus terpilih dengan lantang. Semua bertepuk tangan kecuali Davin yang mencibir iri dan Lala yang masih tidak menyangka dengan pendengarannya.

"La, selamat. Gue tau pasti lo yang kepilih." Bisik Lia yang ikut senang.

Lala masih tidak menyangka. Ia menatap kosong ke arah Surya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Gue nih, Li? Beneran?"

Bagi mahasiswa barisan belakang, terpilih sebagai Sutradara dalam matakuliah ini tidak terlalu spektakuler. Justru mereka mengincar menjadi pemeran. Bukan hanya tampil eksis dimata oranglain yang akan menonton, tapi mereka juga menantikantubuhnya memakai kostum Jaksa dan hakim.

Melihat keraguan dari mimik wajah Lala, Surya pun akhirnya menjelaskan mengapa ia memilih Lala.

"Pemilihan kasus Lala out of the box. Terlebih alasan pemilihan kasus juga sangat bijak. Saya harap ketika memang simulasi ini berlangsung dengan penonton yang banyak, mereka akan sadar dengan etika berselancar di media sosial."

Lala reflek menunduk, menyembunyikan telapak tangan yang sedang mengecek degupan jantung di dadanya. Tidak normal. Penyebabnya sudah jelas karena Surya memujinya. Tapi ia tidak berekspetasi akan sedangdut ini alunannya.

Pasal Surya | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang