"Ini rumah lo?" Tanya Lala sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Iya." Jawab Davin singkat.
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak percaya rumah besar dengan arsitektur yang keren ditinggali oleh Davin sendiri. Lala tahu temannya itu kaya, tapi ia tak menyangka bahwa Davin merupakan orang yang 'sekaya' itu. Terlalu hina bagi dirinya yang besar kepala selalu menyepelekan Davin selama ini.
"Rumah lo pasti sering dijadiin lokasi shooting sinetron yang menceritakan anak tunggal kaya raya, ya?"
Lala baru menginjakan diri di halaman rumah Davin, namun dirinya sudah kehilangan kesadaran. Bisa-bisanya Davin betah di rumah Lala yang minimalis ketimbang berdiam diri di rumahnya sendiri. Halaman rumah Davin sudah menyaingi taman komplek Lala.
"Udah, ayo masuk. Temen-temen udah nungguin, tuh." Davin malas menanggapi pertanyaan dan kekaguman Lala atas rumahnya.
Hari ini adalah perayaan kelas simulasi sidang yang telah berakhir. Ide tersebut dicetus oleh Malik dan disetujui oleh yang lain. Mereka menjadwalkan untuk berkumpul jam sepuluh di rumah Davin. Sengaja dijadwalkan sebelum makan siang karena mereka berniat untuk memasak sendiri makanannya. Menurut Yoga, kebersamaan akan lebih terasa jika masak sendiri ketimbang order makanan secara online.
Mengetahui akan ada acara masak-masak di rumahnya, kemarin Davin dan Lala berbelanja ke supermarket. Daging untuk barbeque hingga buah-buahan mereka beli. Karena terlalu banyak barang bawaan, Davin yang selama ini selalu membawa motor terpaksa membawa mobil. Lala merasa agak was-was ketika mengetahui Davin belum memiliki Surat Izin Mengemudi dan ia belajar mobil secara otodidak.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas. Lala tak merencanakan keterlambatannya. Sebelum kemari Lala membantu Brian memenuhi persyaratan wisuda. Dari mulai foto untuk ijazah hingga mencari sepatu yang Brian inginkan dipakai di acara wisudanya nanti. Awalnya Lala mengeluh karena ia akan melewatkan kebersamaan dengan teman-temannya beberapa jam. Namun melihat wajah Brian yang memelas Lala kasihan juga. Lagipula melihat kakaknya mampu mencapai tahap ini, Lala sangat bersyukur.
"Parah lo, La." Baru saja Lala tiba, Jaka sudah menghakiminya. "Sengaja datang telat kan lo? Biar pas dateng lo tinggal makan aja."
Jaka terlihat begitu keren dengan kaus tanpa lengan dan apron sebagai penunjang penampilannya yang hari ini mendadak menjadi seorang chef. Lala begitu kaget melihat penampilan Jaka yang biasanya memakai kemeja atau hoodie ke Kampus. Pria itu sedang mengibas-ngibaskan kipas di atas panggangan.
"Ya, maaf kalo mau marah sama abang gue sana. Dia yang bikin gue telat soalnya."
Januar menghampiri Lala dengan segelas minuman segar yang Lala tak tahu namanya. Januar kali ini berperan menjadi sukarelawan yang meracik minuman untuk mereka. Lala menerima minuman tersebut dan langsung menegaknya. Perpaduan soda, rasa asam dari lemon, dan manis dari sirup dipadukan menjadi satu. Lala mengacungkan jempol atas karya seorang Januar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomansaBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...