Mata Lala terpejam membayangkan denah sebuah ruang persidangan. Ia sedang berkhayal seakan-akan sedang duduk di kursi persidangan yang berada tepat di tengah ruangan. Sebuah mikrofon ada di depannya seakan untuk batuk pun semua harus tahu.Di depan posisi Lala duduk, ia membayangkan Wildan dan kawan-kawan duduk menatapnya. Meja panjang yang dilengkapi dengan palu yang ia bangun dengan imajinasi sedang dipegang oleh Wildan merupakan meja Majelis Hakim. Di belakangnya ada meja kecil khusus Panitera di sebelah kiri dan Kerohaniawan di sebelah kanan.
Di sebelah kiri Lala terdapat tiga kursi untuk Meja Jaksa Penuntut Umum. Meja itu persis bersebrangan dengan letak Meja Penasihat Hukum. Di meja Penasihat Hukum, bukan hanya untuk kursi Penasihat Hukum saja. Ada Pembimbing Kemasyarakatan jika memang Persidangan tersebut seorang anak yang menjadi Terdakwa. Di sebelah Pembimbing Kemasyarakatan ada Terdakwa yang sudah tidak masuk ke jadwal pemeriksaan dan sudah menyerahkan segalanya pada Kuasa Hukum.
Di belakang kursi yang Lala tempati terdapat kursi-kursi khusus para Saksi. Para Saksi ini mencangkup Saksi yang ada sangkut pautnya dengan kejadian dan Ahli yang paham betul mengenai kasus yang sedang berjalan. Tepat di belakang kursi Saksi, terdapat banyak kursi khusus pengunjung sidang.
Lala akhirnya membuka mata dan menghembuskan nafasnya lega. Tanpa harus dihafalkan Lala sudah ingat betul setting kursi di ruang persidangan. Bagaimana tidak, ia sudah terlalu hatam dengan mendorong-dorong meja dan kursi saat latihan di kelas Simulasi.
"Ngapain, Dek?" Tanya Brian heran dengan kelakuan adiknya sambil menyantap lapis legit yang dihidangkan.
"Belajar." Jawab Lala.
Jafni yang berada di samping Brian tertawa. "Orang lain belajar tuh sambil baca buku, lo kok malah merem. Bilang aja lo lagi halu."
"Gue lagi inget-inget materi yang udah dijelasin sama dosen, Bang." Ungkap Lala dengan mata yang disipitkan ke arah Jafni.
Kali ini mereka bertiga diundang ke syukuran atas unit apartemen dari seorang Lia. Kesuksesannya dalam dunia sosial media dapat membuat gadis itu membeli satu unit apartemen di pusat kota dengan keringatnya sendiri. Hal ini adalah impian yang akhirnya bisa Lia wujudkan.
Pemilik unit apartemen tersebut sedang sibuk berbincang kesana-kemari karena banyak orang yang ia undang. Dari mulai beberapa teman kuliah hingga para influencer yang seprofesi dengan sang gadis. Seharusnya Lala, Brian dan Jafni termasuk kedalam daftar undangan. Namun mereka inisiatif datang lebih awal untuk membantu menyiapkan segala hal.
Sekarang mereka sedang beristirahat atau lebih tepatnya bersembunyi dari orang banyak di dapur yang sudah dilengkapi oleh kitchen set yang Brian yakini mahal harganya. Bukan tidak mau bersosialisasi, hanya saja mereka tidak mau tersorot instastory Influencer-influencer ternama disaat penampilan mereka benar-benar lusuh. Lia yang mengerti akan hal itu mempersilahkan mereka untuk beristirahat di dapur dengan hidangan yang sudah Lia siapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...