Lia sudah meminum soda sebanyak dua gelas namun sama sekali belum mendapatkan penjelasan dari Davin. Sedari tadi pria itu hanya mengomentari mengapa Lia membawanya ke restoran cepat saji. Davin sangat menyayangkan ketika kunjungannya ke Jogja harus memakan makanan yang bisa ia dapatkan di kota mereka. Sejujurnya Lia tanpa alasan membawanya kesini, setidaknya restoran ini tempat yang nyaman untuk mengintrogasi Davin.
Lia menggebrak meja, tak tahan dengan Davin yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Jadi gue harus bawa lo kemana biar jelasin apa yang baru aja terjadi antara lo dengan Lala?!"
Davin kaget untuk sesaat karena Lia berani-beraninya menggebrak meja. Untung keadaan restoran tersebut tidak terlalu ramai sehingga tak banyak orang yang memperhatikannya. Lia sampai lupa bahwa ia harus menjaga image influencer-nya di depan orang-orang. Ia terlalu greget atas Davin yang sangat bertele-tele.
"Gue nggak lakuin apa-apa, Li." Aku Davin pada akhirnya. "Lala ngambek karena gue larang dia buat ikut ke Club."
"Club? Siapa yang berani ajakin Lala?" Tanya Lia yang kaget mengetahui awal mula permasalahan Davin dan sahabatnya.
Davin tak menjawab, ia lebih memilih menaikan bahu sekilas. Tak perlu dijelaskan, Lia sudah akan bisa menebaknya.
"Pasti anak-anak garda belakang."
Davin menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia sudah mulai santai dan membuka burger yang baru ia pesan. Sebelum ia melahap burger tersebut, ia mengatakan sesuatu. "Gue nggak mempermasalahkan garda belakang yang mau ke club ya, Li. Mereka semua udah cukup umur dan itu sudah menjadi hak mereka."
Lia mengiyakan pernyataan Davin. Kali ini Lia bisa setuju dengan kedewasaan seorang Davin. Tunggu, sejak kapan ia dewasa?
"Yang jadi masalah disini, gue nggak suka dengan sikap Lala yang memanfaatkan kesempatan untuk terjun ke sana karena sedang jauh dari nyokap bokapnya." Baru menelan satu gigitan, Davin kembali berbicara. "Gue nggak nyangka, orang yang sevisioner Lala, bisa goyah gitu aja sama rasa penasaran. Belum lagi Januar jadi kompor banget tadi."
Lia dengan khidmat mendengar penjelasan Davin. Ia sekarang paham dengan pemikiran Davin yang tak mau Lala melanggar peraturan dan kepercayaan orangtuanya. Davin masih mengoceh atas kejadian tadi. Lia belum sanggup untuk berkomentar, ia masih harus memahami alur pertengkaran kedua insan yang tak pernah berdamai.
"Belum aja gue sempet ngasih penjelasan, Lala udah ngegas duluan dan dia bilang gini." Davin bersiap-siap memperagakan Lala saat itu. "Bisa nggak sih lo lepasin gue sehari aja?" Ulang Davin persis dengan apa yang dikatakan Lala.
"Lo larang dia dengan sikap rese lo kali, ya?" Tebak Lia sambil membayangkan kejadian tadi.
Davin berdecak, "ya kalo rese gue nggak tahu cara ngilanginnya. Itu udah sifat bawaan gue."
Lia membantah omongan Davin tentang sifat 'menyebalkan'. "Bisa, Vin. Bisa diubah. Tapi yang jadi pertanyaan disini, lo mau apa nggak?"
Davin meremas kepalanya seakan pusing dengan topik yang mereka bahas. "Oke, yang itu bisa kita bahas nanti? Katanya lo butuh penjelasan dari gue, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...